Marak Pelecehan Seks di Parlemen Australia Terkuak

0
Ilustrasi/Gedung Parlemen Australia (Foto: BBC World)
Canberra – Marak pelecehan seksual di parlemen dan pemerintahan Australia terkuat lewat laporan survei. Satu dari tiga staf di parlemen diduga pernah mengalami pelecehan seks.

Diberitakan AFP, Selasa (30/11/2021) lebih dari seperempat dari korban pelecehan seksual itu mengaku bahwa pelaku pelecehan adalah anggota parlemen. Hal itu berdasarkan hasil survei terhadap lebih dari 1.700 orang.

Survei itu juga mengungkap kasus bullying. Sekitar 37% staf juga mengatakan mereka pernah mengalami bullying.

Laporan itu dirilis pada Selasa (30/11) setelah melakukan penyelidikan selama tujuh bulan. Hasilnya, satu dari tiga orang yang saat ini bekerja di parlemen “telah mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual saat bekerja di sana”. Kasus itu termasuk 63 persen anggota parlemen perempuan negara itu.

Respons PM Australia

Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison merespons temuan survei mengenai pelecehan seks itu. Morrison mengindikasikan bahwa pemerintahnya kemungkinan akan mendukung 28 rekomendasi yang dituliskan dalam laporan tersebut.

Salah satu di antaranya yaitu mencakup penetapan target untuk keseimbangan dan keragaman gender di semua peran parlementer.

Perintah Penyelidikan Independen

PM Australia itu sebelumnya memerintahkan penyelidikan independen dilakukan oleh Komisioner Diskriminasi Seks, Kate Jenkins. Penyelidikan itu dilakukan setelah ribuan wanita berunjuk rasa di seluruh Australia untuk memprotes kekerasan seksual.

Morrison mengatakan di Canberra, hari Selasa (30/11) ini bahwa laporan tersebut membahas “ketidakseimbangan kekuatan, ketidakseimbangan gender, kurangnya akuntabilitas untuk perilaku, serta memahami lingkungan kerja yang menantang dan menuntut di parlemen”.

Sementara itu, Komisioner Diskriminasi Seks, Jenkins mengatakan bahwa pihaknya mendengar pengalaman bagi mereka yang bekerja di parlemen. Salah satu pengalaman itu adalah pelecehan seksual.

“Sementara kami mendengar pengalaman positif bekerja di parlemen, ada orang lain yang berbagi pengalaman tentang intimidasi, pelecehan seksual, dan kekerasan seksual,” kata Jenkins dalam laporan itu. “Terlalu sering, kami mendengar bahwa tempat kerja ini bukanlah lingkungan yang aman bagi banyak orang di dalamnya,” imbuhnya.

Pemerintah Morrison juga dikritik karena menolak melakukan penyelidikan atas klaim bahwa mantan Jaksa Agung Christian Porter memperkosa seorang gadis berumur 17 tahun pada tahun 1988. Tuduhan itu dibantahnya.

Laporan tersebut dirilis di tengah kemarahan yang meluas atas dugaan pemerkosaan staf parlemen Brittany Higgins di dalam kantor menteri, setelah keluar malam dengan rekan-rekan Partai Liberal.

Geger Video Tak Senonoh di Gedung Parlemen

Pada Maret lalu, beredar video tak senonoh di Gedung Parlemen Australia. Sejumlah video tindakan seksual yang dilakukan di gedung parlemen Australia itu memicu meningkatnya tekanan terhadap pemerintahan Australia.

Video tersebut memperlihatkan tindakan seorang anggota parlemen yang melakukan tindakan masturbasi di atas meja anggota parlemen wanita.

Seperti dilansir AFP, Selasa (23/3) Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison menyebut perilaku itu “memalukan” dan “benar-benar memalukan”.

Beberapa video dan foto, yang diduga telah dibagikan dalam obrolan grup staf koalisi pemerintah sebelum dibocorkan oleh seorang pelapor, pertama kali diungkapkan oleh surat kabar The Australian dan Channel 10 pada Senin (22/3) malam waktu setempat. Hal itu pun memicu kemarahan baru dari anggota parlemen perempuan dan publik Australia, menyusul tuduhan pemerkosaan yang memicu protes nasional sebelumnya.

Pelapor, yang diidentifikasi hanya sebagai Tom, mengatakan kepada dua media tersebut bahwa staf pemerintah dan anggota parlemen sering menggunakan ruang ibadah di Gedung Parlemen untuk berhubungan seks, dan menuduh bahwa para pekerja seks kerap dibawa masuk ke gedung parlemen “untuk kesenangan anggota parlemen koalisi”.

Tom juga mengatakan sekelompok staf secara rutin bertukar foto eksplisit diri mereka sendiri dan dia menerima begitu banyak foto.

Dikatakan ada “budaya laki-laki yang berpikir bahwa mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan”.

(lir/isa/detik)