Mejeng di Pameran G20, Gitar Ukir asal Bali Ini Diincar Musisi Dunia

0
Jakarta – Kayu ukir merupakan salah satu kerajinan khas Indonesia yang popularitasnya mendunia. Bahkan, beberapa di antaranya sudah menembus pasar internasional.

Tapi I Made Aritanaya memiliki cara yang cukup unik untuk membawa seni kayu ukir Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Alih-alih dalam bentuk ornamen atau perabotan, pengrajin kayu asal Gianyar ini memilih untuk menuangkan karyanya di atas sebuah gitar.

Ide kreatif ini bermula ketika seorang pencinta gitar asal Kanada mengunjungi workshop milik ayah Made, I Wayan Tuges pada tahun 2005 silam.

“Ada seorang pebisnis dari Kanada. Dia tuh datang ke Bali mau buat gitar, tapi nggak tahu pengrajin gitar di mana. Saya pun sama bapak saya awam tentang gitar. Saya kan basic-nya tukang kayu, pengrajin tukang ukir,” ujar Made kepada detikcom, Selasa (15/11/2022).

“Dia bawa gitar yang murahan ‘bisa nggak bikin gitar? Ini boleh dibongkar’. Saya bilang ya siap. Akhirnya dia pulang, selama tiga bulan itu saya buat gitar dengan kemampuan seadanya. Pakai kayu balok, nggak tahu ketebalan berapa, skalanya gimana, saya awam masalah itu. Tapi saya pikir ini untuk barang seni. Jadi dibilang gitar, bentuknya gitar tapi nggak ada suaranya sama sekali,” tuturnya.

Berbekal kemampuan seadanya itu, Made dan bapaknya berhasil membuat dua buah gitar ukir. Tapi siapa sangka, gitar ukir yang bahkan tidak bisa menghasilkan suara itu ternyata menarik perhatian si customer. Melihat potensi tersebut, si customer tadi menawarkan kerja sama kepada Made dan bapaknya untuk membuat gitar ukir yang bisa dipetik dan menghasilkan alunan melodi.

“Mungkin idenya masuk. Dia (pembeli) pulang dengan bawa gitar itu, nyari ahli pembuat gitar di Amerika. Dia datangin ke Bali untuk ngajarin kita basic membuat gitar,” imbuh Made.

Pada tahun 2007, mereka pun berhasil meluncurkan produk gitar ukir pertama yang diberi merk BlueBerry di ajang Montreal Jazz Festival. Karya yang mereka pamerkan di ajang tersebut mendapat sambutan yang luar biasa dan bahkan habis terjual.

“Udah launching di sana, ternyata lumayan respons-nya dari pemusik-pemusik sana. Akhirnya produksi, awalnya kita jual lewat e-bay, lelang ya. Per bulan itu 20 gitar (dijual),” ucap Made.

Dari sana, Made dan Tuges menerima banyak custom order dari orang-orang yang tertarik dengan desain gitar ukir miliknya. Hingga pada 2012, Made dan Tuges memutuskan untuk independen dan mendirikan brand BlueBerry Guitars miliknya sendiri.

Seiring dengan berjalannya waktu, Made dan Tuges terus mengasah kemampuannya dalam membuat gitar ukir. Lalu di tahun 2017, salah satu karyanya menarik perhatian legenda musik rock asal Belanda, George Kooymans.

“George Kooymans namanya, itu legend-nya Belanda. Nama grupnya Golden Earring. Itu angkatan Mick Jagger itu ya bandnya,” ungkapnya.

Tak hanya Kooymans, Made menyebut karyanya juga dilirik oleh banyak musisi papan atas dunia lain. Di antaranya, Tony Emmanuel, Michael Franti dan Walk of the Earth.

“Ada yang namanya Guitharpulele. Itu dipakai band Kanada Walk of the Earth. Kita bikinin gitar yang ada harpa, gitar, ukulele, washboard sama kalimba. Itu semua alat musik jadi satu,” ujarnya.

Selain mancanegara, Made mengungkapkan gitar ukir BluBerry juga diminati oleh musisi Iwan Fals dan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

“Kalau lokalan, Iwan Fals bawa tiga (gitar) tahun 2016, terus Pak SBY 2017 pas Kongres di Nusa Dua. Terus ada rekomendasi dari Pak Menteri. Ini ada pembuat gitar, kan tahu kalau Pak SBY senang nyanyi. Terus bapak saya dipanggil ke Nusa Dua, akhirnya kita bikinin. Pas dia (SBY) ulang tahun diserahin di Istana,”

Keunikan tersebut lah yang akhirnya mempertemukan BlueBerry Guitars dengan PT Bank Raykat Indonesia (BRI). Di bawah binaan BRI, Made mampu mengembangkan BlueBerry Guitars lewat bantuan permodalan, pelatihan dan business matching yang difasilitasi BRI hingga kini produknya berkesempatan mejeng dalam showcase UMKM pada ajang KTT G20 di Bali.

“Untuk usaha ada Kredit Lunas. Terus ditawarin untuk pelatihan-pelatihan, saya ikutin. Ada juga untuk pendanaan, untuk pameran. BRI juga ngasih link-link, kayak dulu Brilianpreneur di Jakarta ada buyer-buyer dari luar. Biarpun belum beli ada lah respon, udah mulai dikenal, ada tambahan promosi produk,” jelasnya.

Made berharap melalui event-event yang digelar BRI produknya dapat semakin dikenal baik oleh lokal maupun internasional. Serta, mengangkat nama Indonesia dan menunjukkan bahwa Tanah Air memiliki keragaman produk yang tidak kalah dengan negara lain.

“Paling nggak mengangkat nama Indonesia, maksudnya satu produk saya bisa ada di sana. Keragaman produk di Indonesia nggak kalah gitu. Untuk ada BRI yang bisa mensupport dan bisa mengenalkan produk saya,” pungkasnya.

(akn/ega/detik)