Palembang, rakyatpembaruan.com-
Bicara soal minyak dan gas bumi (Migas) di Indonesia, ada sejarah panjang yang tak bisa dilepaskan dalam pertumbuhan industrinya, salah satunya proses pengolahan minyak mentah (crude) menjadi berbagai produk jadi.
Jika merujuk pada sejarah pada buku Pertamina: Indonesian National Oil yang ditulis buku Anderson G. Barlett, ada kilang minyak yang didirikan perusahaan asal Belanda, Shell di Kota Palembang sekitar tahun 1904, beberapa puluh tahun sebelum Indonesia merdeka sebagai sebuah negara. Setelahnya, perusahaan Stanvac asal Amerika, juga mendirikan kilang minyak di Sungai Gerong pada 1926, dipisahkan dengan oleh Sungai Komering dengan kilang Plaju.
Dua kilang ini bertugas menampung minyak mentah dari sumur minyak dari daerah Prabumulih, Pendopo, dan sekitarnya untuk diolah menjadi bahan bakar bagi kendaraan-kendaraan militer Belanda saat itu.
Ketika Perang Dunia II berkecamuk, kehadiran kilang Plaju dan Sungai Gerong menjadi amat penting. Bahkan, tentara sekutu memanfaatkan kilang ini untuk menggerakkan alat tempur mereka melawan Jepang. Meskipun pada akhirnya, tahun 1942, pasukan penerjun Jepang menyerbu kilang Plaju dan berhasil membumihanguskan sebagian kilang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fachriansyah (2023), setelah Jepang kalah, dua kilang ini kembali dikuasai oleh Belanda, dan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui PN (Perusahaan Nasional) Pertamin yang membeli kilang Plaju pada 1965. PN Pertamin kemudian merger dengan PN Permina menjadi PN Pertamina, yang kemudian membeli kilang milik Stanvac di Sungai Gerong pada 1970.
Kilang ini awalnya didirikan pada masa kolonial Belanda dan telah mengalami berbagai perubahan dan modernisasi selama bertahun-tahun. Dalam sejarahnya, Kilang Pertamina Plaju terus berkontribusi mendukung pasokan minyak dan produk-produk turunannya bagi masyarakat Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Bagian Selatan.
*Suplai 60% Kebutuhan Energi di Sumbagsel*
Area Manager Communication, Relations & CSR, Siti Rachmi Indahsari mengatakan, Kilang Pertamina Plaju saat ini beroperasi dengan kapasitas produksi lebih dari 80 Milles/Thousand Barrels per Stream Day (MBSD). Berbagai produk BBM, BBK dan produk turunan lainnya diolah di kilang ini, dan memenuhi 60% kebutuhan energi di Sumbagsel.
“Saat ini kilang kita memproduksi Pertalite, Solar, Biosolar, Avtur, Dexlite, Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur. Selain produk BBM, Kilang Pertamina Plaju juga memproduksi LPG, dan beberapa produk lain seperti SBPX, LAWS, Vacuum Residue, Polytam serta produk Refrigerant Musicool MC-22,” kata Rachmi.
*Jaga Keandalan Dengan Rutin Perawatan*
Sebagai salah satu aset bersejarah yang terus beroperasi hingga saat ini, perawatan dan maintenance rutin Kilang Pertamina Plaju pun terus dilakukan demi menjaga keandalan operasionalnya.
Rachmi menyebutkan, guna memenuhi standar keandalan dan keselamatan kilang, pihaknya juga rutin melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala. “Perbaikan berkala selalu kita lakukan, demi menjaga keandalan dan keselamatan operasional,” katanya.
Ia mohon doa, supaya pihaknya dapat terus menjaga keandalan operasional Kilang Plaju. “Kami mohon doa supaya Kilang Pertamina Plaju senantiasa diberikan keselamatan, dapat terus menjaga keandalan operasional, agar tetap dapat menyuplai energi terbaik untuk negeri,” tutupnya.(adi/rp)