Jakarta –Singapura menjadi salah satu negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 tertinggi di dunia, setelah jumlah warga yang mendapat vaksinasi penuh mencapai 80 persen bulan lalu. Namun, itu belum bisa membuat negeri Singa itu kembali hidup normal seperti pra-pandemi.
Seperti diberitakan ABC News, Senin (13/9/2021), pada hari Minggu (12/0), negara berpenduduk 5,7 juta orang itu melaporkan 555 kasus COVID-19 lokal baru, terbesar sejak Agustus 2020. Sehari sebelumnya, Singapura mencatat kematian ke-58 akibat COVID-19, yakni seorang kakek berusia 80 tahun dengan riwayat diabetes, hipertensi, dan masalah jantung, dan belum mendapat vaksin dosis kedua.
Kementerian Kesehatan Singapura pekan lalu melarang pertemuan sosial di tempat kerja setelah klaster baru-baru ini di kantin dan dapur staf, diyakini disebabkan oleh para karyawan yang melepas masker mereka di area umum.
Ketua bersama gugus tugas multi-kementerian, Gan Kim Yong mengatakan lonjakan infeksi Corona yang “mengkhawatirkan” akan “mungkin mencapai 2.000 kasus baru sehari”. Dia menyebut dua sampai empat minggu mendatang sebagai “krusial”.
Alex Cook, pakar pemodelan penyakit menular di National University of Singapore, mengatakan kehidupan tidak membaik “sebanyak yang kita harapkan”, meskipun Singapura menjadi salah satu negara yang paling banyak divaksinasi di dunia.
Negara ini sebagian besar mengandalkan vaksin Pfizer dan Moderna, dengan segelintir penduduk yang lebih tua memilih vaksin Sinovac.
“Kasus komunitas sebenarnya telah meningkat sejak mencapai cakupan 80 persen, sebagian karena kami mengizinkan lebih banyak acara sosial bagi mereka yang divaksinasi dan, saya berani mengatakan, lebih banyak kelelahan pada tindakan pengendalian,” kata Cook kepada ABC.
“Satu pelajaran utama dari seluruh Asia Tenggara adalah sangat sulit untuk mencegah penyebaran Delta dan, seperti yang ditunjukkan Singapura, bahkan tingkat vaksinasi yang tinggi tidak akan banyak membantu,” ujarnya.
“Kami menemukan cukup banyak terobosan infeksi di antara orang yang divaksinasi, tetapi ini sebagian besar ringan atau tanpa gejala,” imbuhnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Singapura, negara itu saat ini hanya memiliki 35 pasien COVID-19 yang sakit parah, dengan tujuh orang di antaranya dirawat di ICU.
Leong Hoe Nam, seorang ahli penyakit menular dari Rophi Clinic, varian Delta virus Corona telah membuat tingkat vaksinasi 80 persen terlalu rendah.
“Mereka menetapkan target 80 persen, yang terlalu rendah … itu akan bekerja dengan baik untuk strain Alpha tetapi ini adalah Delta, varian yang dengan mudah menularkan dua hingga tiga kali lebih banyak,” kata Dr Leong.
“Mereka sekarang membutuhkan setidaknya 90 persen vaksinasi, yang secara teknis tidak mungkin karena adanya anti-vaksin atau penolak yang keras,” tuturnya.
(ita/ita/detik)