Modal Iseng, Merlin Kini Kantongi Ratusan Juta dari Jual Sambal

0
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta – Peluang usaha bisa datang dari mana saja, bahkan dari kuliner sederhana seperti sambal. Siapa sangka jika kuliner berbahan dasar cabai ini dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar.

Seperti yang dibuktikan Merlin Soeyanto, wanita dibalik suksesnya sambal Bu Djui. Dari berjualan sambal Bu Djui, Merlin dapat meraup omzet hingga ratusan juta per bulan.

Bahkan menurutnya, sambal yang berasal dari Surabaya ini berhasil menembus pasar luar negeri. Padahal awalnya Merlin mengaku hanya iseng dengan membuka PO di media sosialnya.

“Pas awal pandemi di Januari 2020, aku iseng aja upload sambal ini di Instagram aku. Terus abis itu, eh kok banyak yang pengin nyobain, banyak yang minta PO. Akhirnya membludak lah, cuma dari Instagram aku bisa sampai 1.000 botol per minggu,” katanya kepada detikcom, ditulis Selasa (6/9/2022).

Ia pun kaget dengan antusiasme konsumen terhadap sambal buatannya. Merlin menjelaskan jika resep sambal ini berasal dari ibunya. Nama sambal Bu Djui pun terinspirasi dari nama ibunya.

Merlin mengatakan awalnya tidak ada niatan serius menjalankan bisnis sambal. Ia pun tidak menyangka bisa menjual 1.000 botol sambal hanya dalam waktu seminggu. Menurutnya ini tak lepas dari peran media sosial yang membantunya memasarkan produk sambal ini.

“Aku kaget minggu pertama langsung 1.000 lebih. Kaget sampe mama aku bilang, gila ini siapa aja yang order. Iya nggak tahu ini, tiba-tiba viral aja,” imbuhnya.

Karena permintaan yang semakin membludak, Merlin mulai menjalankan bisnis sambal ini secara serius. Ia bermitra dengan Ivonne Magdalena, sahabat lamanya yang juga konsumen sambal Bu Djui.

“Dia (Ivonne) bilang tuh kan, kita bisnis ini kita partneran kita bikin sambal ini jadi lebih gede lagi. Jadi dia bangunin pabriknya lah. Dimulailah dari 2020 itu kita mulai gedein bisnis sambal ini. Jadi bernaung di bawah PT Bukan Pangan Biasa,” katanya menjelaskan.

Kini, Merlin bisa menjual hingga 7.000 botol sambal dalam satu bulan. Jika dihitung dari harga per botolnya, Merlin bisa mendapat omzet hingga ratusan juta per bulan.

“Mungkin kalau per botol aja bisa sampai 7.000 per bulan, itu rata-rata kalau penjualan bagus, stabilnya ya. Dan satu botolnya karena kita agak premium, ada berkisar Rp 40.000 sampai Rp 59.000. Omzetnya ya bisa sampai ratusan, kita ambil average aja gitu,” jelasnya.

Sambal Bu Djui memiliki 10 varian produk, antara lain sambal cumangi, sambal kecombrang, sambal mercon, sambal pingit, sambal petir, crispy terbang teri kecombrang, sambal curang, sambal arang asep, sambal cuek dan abon ikan peda pedas.

Merlin membenarkan jika sambal produksinya berhasil menembus pasar luar negeri. Bahkan pencapaiannya ini didapatkannya kurang dari satu tahun.

“Aku pernah (jual) ke Amerika, Kanada, Singapura, Malaysia, Australia. Eropa juga pernah, seluruh dunia pernah, Jepang pernah, tapi cuma perorangan aja,” ungkapnya.

Tembusnya sambal Bu Djui ke pasar luar negeri diawali saat masa pandemi. Menurut Merlin, saat itu banyak WNI yang tidak bisa pulang ke Indonesia. Akhirnya beberapa orang inisiatif menjadi reseller dan memasarkan sambalnya ke luar negeri.

Memasarkan sambal ke luar negeri memberikan tantangan tersendiri. Sebab harus ada dokumen-dokumen yang dilengkapi seperti sertifikat BPOM dan lainnya.

Namun, Merlin mengaku penjualan produk sambalnya ke luar negeri mulai berkurang. Penyebabnya adalah pembatasan yang mulai longgar sehingga WNI bisa kembali ke Indonesia dan membeli sambal di Indonesia.

Merlin juga menjelaskan tantangan terbesarnya dalam menjalankan bisnis sambal. Tantangan tersebut terletak pada harga bahan baku sambal yang fluktuatif.

“Itu memang tantangan paling gede (bahan baku) buat pebisnis sambal. Karena naiknya bukan sedikit dari Rp 30.000 per kg ke Rp 120.000 per kg,” ungkapnya.

Merlin punya strategi khusus menghadapi harga bahan baku yang tidak stabil. Ia mengambil harga rata-rata terendah dan tertinggi dari bahan baku yang digunakan. Dari situ ia bisa mendapat patokan sehingga dapat meredam gejolak harga cabai dan bawang yang tidak stabil.

Dengan semakin besarnya sambal Bu Djui Merlin berencana melakukan ekspansi bisnis. Misalnya dengan berkolaborasi dengan sesama pebisnis kuliner. Ia menyebut inovasi diperlukan supaya bisnisnya terus berkembang.

Tantangan lainnya adalah terkait penyimpanan bahan baku dan pengiriman bahan baku dari supplier. Jika kualitas dan penyimpanan bahan baku jelek maka kualitas sambal pun jadi jelek. Padahal kualitas menjadi yang terpenting bagi konsumen.

Selain itu kini mulai bermunculan kompetitor sesama penjual sambal. Ia menghadapi tantangan ini dengan lebih kreatif dalam hal marketing.

“Kompetitor banyak, karena mudah dibikin dan bukan sesuatu yang rumit, siapa aja bisa bikin rumahan pun bisa bikin. Semakin bikin market cabai ini red ocean. Kita butuh marketing khusus yang bisa bikin sambal kita bisa stay, bisa tetap disukai, masyarakat,” imbuhnya.

Pemasaran sambal Bu Djui memang mengandalkan media sosial, seperti Instagram dan TikTok. Merlin mengaku mendapat dukungan cukup besar dari platform media sosial, khususnya TikTok.

“Kita mainnya lebih ke medsos kaya TikTok. kita di-support banyak sama tim TikTok, mereka lebih support UMKM berbasis food industri. Jadi banyak juga di-support oleh TikTok,” katanya.

Penjualan sambal Bu Djui juga dilakukan di beberapa marketplace seperti Tokopedia, Shopee, hingga Lazada. Untuk pembuatan toko fisik sambal Bu Djui masih dalam tahap perencanaan.

Terkait modal awal menjalankan bisnis, Merlin mengaku tidak mengingatnya. Sebab ia menggunakan sistem PO dengan pembayaran di awal yang dilakukan oleh konsumen.

Kepada detikcom, Merlin memberikan beberapa saran bagi orang-orang yang tertarik menjalankan bisnis sambal. Meski punya prospek bagus dalam skala kecil, dia tidak menyarankan terjun ke bisnis ini jika hanya sekedar ikut-ikutan. Bisnis ini juga membutuhkan inovasi supaya bisa menjual sesuatu yang beda dan disukai konsumen.

(ara/ara/detik)