Dikutip dari Business Today, total sebanyak 11 jet tempur JF-17 Thunder Myanmar yang dikirimkan antara periode 2019-2021 dinyatakan tidak layak terbang, serta harus mangkrak di hanggar. Sebanyak 11 pesawat tersebut dikatakan mengalami gangguan teknis dan cacat struktural yang berpotensi membahayakan pilot.
Pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing disebut mengungkapkan rasa tidak senangannya atas hal ini kepada mantan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, dan Kepala Staf Angkatan Darat (COAS) Angkatan Darat Pakistan, Jenderal Asim Munir.

Menurut Economic Times, junta militer Myanmar sangat kecewa karena tidak berfungsinya jet tersebut telah menghambat sebagian besar rencananya untuk meningkatkan kekuatan udaranya dalam menghadapi kelompok perlawanan Myanmar yang berperang di bawah bendera Pasukan Pertahanan Rakyat (People’s Defense Force).
Kemarahan Myanmar disebut mendapat respons dari Tiongkok selaku negara pengembang JF-17 Thunder. Kunjungan utusan Tiongkok ke Naypyitaw (Myanmar) baru-baru ini dilaporkan membawa pesan dari pimpinan tertinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT) kepada Jenderal Min Aung Hlaing.
Sekadar informasi, JF-17 Thunder yang dibeli Myanmar merupakan produk jet tempur kolaborasi Pakistan Aeronautical Complex dan Chengdu Aircraft Industries Corporation Tiongkok. Myanmar melakukan pengadaan pesawat ini pada 2016 dengan jumlah sebanyak 16 unit. Myanmar menjadi negara pertama di luar Tiongkok dan Pakistan yang menggunakan pesawat multiperan tersebut.
Dengan banyaknya masalah yang menimpa JF-17 Thunder, Myanmar disebut-sebut menolak untuk melakukan pembicaraan baru mengenai pengadaan pesawat dari Pakistan. Di sisi lain, Pakistan disebut-sebut akan menegosiasikan ulang kontrak ini dengan memberi Myanmar pesawat tempur dengan versi yang lebih baru.
(lua/rgr/detik)




