Netanyahu Menentang Gencatan Senjata, Malah Ngegas Waktunya Berperang

0
Tel Aviv – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata dengan Hamas. Dia malah ngegas dengan menyebut saat ini adalah waktunya perang.

“Sama seperti AS yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pengeboman Pearl Harbor atau setelah serangan teroris 9/11, Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober,” kata Netanyahu seperti dilansir BBC, Selasa (31/10/2023).

“Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme,” sambungnya.

Dia juga mengungkit soal isi kitab suci. Dia menyebut kitab suci menyebut soal waktu damai dan waktu berperang.

“Alkitab mengatakan ‘ada waktunya untuk damai, ada waktunya untuk berperang. Ini adalah waktunya untuk berperang,” ujar Netanyahu.

Dia juga ditanya apakah operasi daratnya di Gaza akan menjamin pembebasan para warga Israel yang disandera Hamas. Netanyahu menjawab bahwa operasi darat akan menciptakan kemungkinan.

“Penilaian umum kami, bukan hanya penilaian anggota kabinet tetapi juga seluruh pasukan keamanan dan militer, aksi darat sebenarnya menciptakan kemungkinan – bukan kepastian – untuk membebaskan sandera kami, karena Hamas tidak akan melakukannya kecuali mereka berada di bawah tekanan,” ucapnya

“Kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera,” tambah Netanyahu.
Serangan Darat Tahap 2 di Gaza

Netanyahu juga mengatakan operasi darat di Gaza telah memasuki ‘tahap kedua’. Dia mengklaim operasi darat tersebut bakal menjadi perang ‘panjang dan sulit’ melawan Hamas.

Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, dia mengatakan pasukan darat Israel tambahan telah pergi ke tempat yang dia sebut sebagai ‘benteng kejahatan’ – yang berarti Gaza – dan menyatakan para komandan telah dikerahkan ‘di seluruh Jalur Gaza’.

Netanyahu juga bertemu dengan sejumlah keluarga dari warga Israel yang disandera oleh Hamas. Dia mengatakan bahwa memulihkan para sandera adalah bagian ‘integral’ dari tujuan militer.

Sementara, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada komite parlemen bahwa perang tersebut akan terdiri dari tiga tahap.

“Tahap pertama dari kampanye ini dimaksudkan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas untuk mengalahkan dan menghancurkan Hamas,” kata Gallant pekan lalu.

Dia menggambarkan tahap kedua sebagai pertempuran lanjutan saat pasukan bekerja untuk ‘menghilangkan kantong-kantong perlawanan’. Tahap ketiga, kata Gallant, ‘akan membutuhkan penghapusan tanggung jawab Israel atas kehidupan di Jalur Gaza, dan pembentukan realitas keamanan baru bagi warga Israel’.

Selebaran telah disebarkan di Kota Gaza yang berisi peringatan bagi warga, bahwa daerah tersebut sekarang menjadi ‘medan perang’ dan mereka harus pergi ke sisi selatan.
Serangan Terus Menerus Terjadi di Gaza

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan daerah sekitar Rumah Sakit Al-Quds di Gaza telah mengalami pengeboman besar-besaran oleh pasukan Israel. Mereka menyebut serangan itu merupakan serangan udara.

“Serangan artileri dan udara terus menerus di daerah Tal-Alhwa di #Gaza tempat Rumah Sakit Al-Quds berada,” sebut lembaga amal tersebut di X.

“Bangunan bergetar dan warga sipil yang mengungsi serta kru mengalami ketakutan dan kepanikan,” sambung mereka.

Laporan dari Bulan Sabit Merah itu mencuat setelah Israel memperingatkan rumah sakit di Kota Gaza harus dievakuasi. Selain itu, Badan amal internasional ActionAid mengatakan ambulans di Al-Quds sekarang kehabisan bahan bakar dan jalan-jalan di dekatnya telah dibom sehingga bantuan tidak dapat disalurkan ke dokter dan pasien.

“Kami menyambut baik peningkatan bantuan ke Gaza, namun cukup jelas bahwa – di tengah meningkatnya serangan dan peningkatan sasaran rumah sakit dalam beberapa hari terakhir – bantuan yang masuk tidak dapat mengimbangi kecepatan yang dibutuhkan,” kata koordinator komunikasi dan advokasi di ActionAid Palestine, Riham Jafari.

“Di tengah pengeboman terus-menerus, pasokan bantuan tidak dapat sampai ke rumah sakit karena jalan-jalan hancur. Sekali lagi, kami menyerukan gencatan senjata sehingga rumah sakit dan mesin pendukung kehidupan dapat terus beroperasi,” sambungnya.

Jason Lee dari badan amal Save the Children cabang Palestina mengatakan satu anak tewas setiap 10 menit akibat pertikaian di Gaza. Dia mengatakan dari 20.000 warga sipil yang terluka, satu dari tiga di antaranya adalah anak-anak.

Direktur Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza, Bassam Mourad, juga mengaku telah menerima beberapa peringatan untuk mengevakuasi gedung tersebut. Dia mengatakan Israel meminta seluruh pasien dipindah ke selatan Gaza.

“Yang pertama adalah melalui panggilan telepon dari Bulan Sabit Merah Palestina yang dihubungi oleh tentara Israel. Mereka meminta seluruh pasien dan pekerja, serta mereka yang berada di rumah sakit, dievakuasi ke selatan Gaza,” kata Mourad kepada kantor berita Reuters.

“Mereka menyebutkan bahwa kawasan ini akan menjadi zona militer dan akan berlangsung bentrokan. Kawasan tersebut akan berbahaya sehingga kami harus segera mengungsi,” tambahnya.

Dia mengatakan jumlah pengungsi yang tinggal di rumah sakit saat ini berkisar antara 12.000 hingga 14.000 jiwa. Dia mengatakan angka itu berubah setiap hari.

“Angkanya berubah setiap hari selain departemen rumah sakit dan unit perawatan intensif,” ungkap Mourad.

Selain pihak RS, warga yang dirawat juga mengaku sudah menerima enam peringatan agar meninggalkan RS. Warga pun menolak karena tidak ada tempat yang aman di seluruh Gaza.

“Kami mengatakan kepada mereka, sebutkan tempat yang aman dan kami akan meninggalkan rumah sakit. Tidak ada tempat yang aman, tidak di selatan, atau di seluruh Gaza”, kata warga bernama Abu Qusai Al-Deeb yang telah berlindung di RS Al-Quds di Kota Gaza selama tiga minggu.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan melalui media sosial bahwa ‘mustahil’ mengevakuasi para pasien dari RS Al-Quds secara aman. Bulan Sabit Merah Palestina juga mengamini hal itu.

Israel telah membombardir Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang dan menyebabkan 229 orang diculik sebagai sandera. Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 8.000 orang telah terbunuh sejak pemboman balasan Israel dimulai.

Gaza juga dihadapkan pada krisis bahan bakar yang membuat rumah sakit di sana terancam menghentikan seluruh operasi. Hal itu dikhawatirkan akan membuat kondisi kesehatan warga semakin memburuk di tengah serangan Israel yang tak kunjung henti.

Iran Ancam Israel

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Iran Ali Bagheri-Kani mengancam Israel. Dia mengingatkan Israel akan musnah total jika perang di Jalur Gaza meluas.

Dilansir Press TV, Selasa (31/10/2023), pernyataan itu disampaikan Bagheri-Kani dalam wawancara dengan televisi lokal Iran yang disiarkan pada Senin (30/10) waktu setempat. Bagheri-Kani mengomentari soal perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza selama tiga pekan terakhir.

Bagheri-Kani menggambarkan perlawanan yang diberikan Hamas terhadap Israel sebagai ‘gempa bumi yang tidak diperbaiki dalam sistem militer dan keamanan rezim Zionis’.

“Jika perang meluas (lebih jauh), kita tidak bisa mengatakan bahwa Israel akan kalah, karena tidak akan ada lagi yang tersisa dari Israel untuk bisa disebut sebagai pecundang atau pemenang,” ujar Bagheri-Kani dalam pernyataannya.

Pernyataan Bagheri-Kani ini disampaikan setelah Hamas, pada Senin (30/10), mengklaim tank-tank Israel yang maju ke dekat Jalur Gaza terpaksa mundur usai terjadi bentrokan sengit. Hamas juga menyebut bahwa operasi darat yang terbatas oleh Israel mengikuti kegagalan mereka melancarkan operasi luas di Jalur Gaza.

Bagheri-Kani juga menyebut serangan Hamas pada 7 Oktober lalu memicu ‘guncangan dalam sistem intelektual dan strategis dunia Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan dalam unilateralisme AS’. Dia juga menyinggung pesan-pesan yang disampaikan para pejabat AS kepada Iran.

“Mereka sendiri (AS) adalah pihak utama yang bertanggung jawab atas berlanjutnya dan perluasan konflik melalui dukungan mereka yang tidak terkendali terhadap Zionis,” ujarnya.

“Oleh karena itu, pihak utama yang bertanggung jawab atas kejahatan Zionis, setelah Zionis sendiri, adalah Amerika. Mereka berulang kali mengatakan bahwa mereka mendukung Israel tanpa batasan apapun,” sambung Bagheri-Kani.

(haf/detk)