Omicron di Indonesia Diprediksi Puncaknya Februari

0
Jakarta – Omicron di Indonesia terus melonjak. Pemerintah pun sudah mewanti-wanti masyarakat hingga menyiapkan strategi guna menghadapi lonjakan Omicron.

Merujuk situs Kemenkes, hingga Senin (10/1), total kasus Omicron mencapai 506. Dari jumlah tersebut, 84 orang dalam kasus transmisi lokal. Sementara sisanya, merupakan pelaku perjalanan luar negeri.

Mayoritas kasus Omicron di Indonesia didominasi oleh masyarakat yang sudah divaksinasi lengkap. Dengan situasi saat ini, pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak bepergian ke luar negeri.

“Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari,” kata Luhut seperti dilansir Antara, Selasa (11/1).

Untuk mengetahui kabar Omicron di Indonesia, detikcom sudah merangkum sederet informasinya. Simak ulasan di bawah hingga tuntas.

Puncak Omicron di Indonesia diprediksi terjadi pada Februari mendatang. Kemenkes memprediksi kasus harian bisa mencapai 60 ribu.

“Minggu ke-1 atau ke-2 Februari ya (prediksi puncak Omicron). (Kasus harian) sekitar 40.000-60.000 kasus,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi kepada wartawan, Selasa (11/1).

Dia juga memprediksi varian kasus harian di Jakarta. Berdasarkan situasi Omicron di Indonesia, dalam sehari kasus di Jakarta bisa mencapai 21 ribu.

Dia menyebutkan situasi bakal kembali normal 2 minggu setelah puncak Omicron di Indonesia. Hal ini dia yakini karena berdasarkan pada pengalaman negara lain.

“Perkiraan bisa 21.000 (kasus). Dia hanya butuh waktu 2 minggu ya untuk kembali normal. Kalau lihat di negara-negara lain ya,” kata Siti Nadia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memprediksi, puncak Omicron terjadi pada awal Februari. Hal ini berdasarkan pengamatan dari kasus omicron di Indonesia yang terus bertambah.
Bahkan, kata dia, berkaca dari pengalaman negara lain, varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari. Artinya, penyebaran varian ini lebih cepat dibandingkan varian Delta.

“Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari,” kata Luhut seperti dilansir Antara, Selasa (12/1/2022).

Kendati kasus Omicron di Indonesia masih bertambah, namun Luhut meyakini jumlahnya tidak setinggi negara lain. Hal ini berkaca dari pengalaman Indonesia dalam menghadapi virus Corona.

“Belajar dari pengalaman yang lalu, saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain. Namun syaratnya kita semua harus disiplin. Keberhasilan kita mengendalikan varian Omicron tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerja sama semua pihak, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan,” ujar Luhut dalam keterangannya.

Saat ini, kata Luhut, Indonesia jauh lebih siap dalam menghadapi gelombang Omicron. Dia juga menegaskan capaian vaksinasi sudah tinggi. Hal inilah yang membuat Luhut yakin kasus Omicron di Indonesia dapat diatasi.

“Indonesia saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang varian Omicron. Tingkat vaksinasi sudah lebih tinggi, kapasitas testing dan tracing kita juga jauh lebih tinggi. Sistem kesehatan kita juga sudah lebih siap, baik dalam hal obat-obatan (termasuk molnupiravir dari Merck), tempat tidur RS, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat,” paparnya.

Untuk mengantisipasi lonjakan Omicron di Indonesia, Luhut menegaskan pemerintah akan memantau ketat perkembangan Omicron. Hal ini dikarenakan Indonesia akan masuk kondisi siaga utama atau high alert saat keterisian rumah sakit mencapai 20-30%.

“Perawatan di RS akan menjadi salah satu indikator utama. Kami akan high alert atau siaga utama ketika BOR (Bed Occupancy Ratio/tingkat keterisian tempat tidur) mendekati 20-30 persen di rumah sakit,” kata Luhut seperti dilansir dari Antara.

Pemerintah meminta masyarakat agar tidak panik meski Omicron di Indonesia tengah melonjak.

Saat ini, varian omicron sudah teridentifikasi di 150 negara. Luhut menyebutkan, tak menutup kemungkinan varian ini dapat menimbulkan gelombang baru di Indonesia.

Kendati kasus omicron di Indonesia masih tinggi, Luhut meminta masyarakat agar tidak panik. Pemerintah pun sudah menyiapkan strategi guna mengantisipasi lonjakan kasus.

“Saat ini, Omicron telah teridentifikasi di 150 negara dan menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara dunia. Indonesia bukan tidak mungkin dapat mengalami hal yang sama. Namun kita tidak perlu panik, tetapi kita tetap waspada,” kata Luhut.

Meski demikian, sebagian besar kasus omicron berpotensi bergejala ringan. Luhut menyebut strategi yang disiapkan pun berbeda dengan penanganan varian Delta.

Senada, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat agar tidak panik, meski Indonesia tengah bersiap menghadapi gelombang omicron. Untuk mengantisipasi lonjakan Omicron di Indonesia, pemerintah sudah menyiapkan strategi.

“Kembali lagi kita akan menghadapi gelombang dari Omicron ini, tidak usah panik, kita sudah mempersiapkan diri dengan baik dan pengalaman menunjukkan walaupun naiknya cepat, tapi gelombang Omicron ini juga turunnya pun cepat,” kata Budi.

(azl/imk/detik)