Jakarta –
Sejumlah opsi penyelamatan maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk beredar di media sosial. Dari skema beredar, ada empat model penyelamatan maskapai pelat merah ini.
Seperti dilihat detikcom, Kamis (27/5/2021), opsi pertama, terus mendukung Garuda. Adapun penjelasannya, pemerintah akan terus mendukung Garuda melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas alias modal. Hal ini sebagaimana terjadi pada Singapore Airlines. Opsi ini juga meninggalkan catatan.
“Berpotensi meninggalkan Garuda dengan utang warisan yang besar yang akan membuat situasi yang menantang di masa depan,” bunyi catatan tersebut.
Opsi kedua ialah menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda. Adapun penjelasannya, menggunakan legal bankcruptcy process untuk merestrukturisasi utang, sewa, kontrak kerja.
Opsi ketiga yakni merestrukturisasi Garuda dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru.
“Garuda dibiarkan melakukan restukturisasi. Di saat bersamaan, mulai mendirikan perusahaan maskapai penerbangan domestik baru yang akan mengambil alih sebagian besar rute domestik Garuda, dan menjadi national carrier di pasar domestik,” bunyi penjelasan opsi ketiga.
Langkah ini sebagaimana terjadi pada Sabena dan Swissair. Dalam catatan opsi dijelaskan, untuk dieksplorasi lebih lanjut sebagai opsi tambahan agar Indonesia tetap memiliki national flag carrier. Estimasi modal yang dibutuhkan US$ 1,2 miliar.
Opsi terakhir adalah Garuda dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan untuk mengisi kekosongan. Penjelasan dari opsi ini ialah, Garuda dilikuidasi. Kemudian, mendorong swasta untuk meningkatkan layanan udara misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah.
“Indonesia tidak lagi memiliki national flag carrier,” bunyi catatan opsi keempat.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga tidak membenarkan dan tidak membantah saat dikonfirmasi mengenai kebenaran opsi penyelamatan Garuda yang beredar di media sosial tersebut. Dia hanya mengatakan, terpenting saat ini ialah Garuda masuk ke restrukturisasi.
“Nanti saja opsi-opsi tersebut, yang penting saat ini kita masuk ke restrukturisasi,” katanya kepada detikcom.
Sementara, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tak banyak berkomentar mengenai opsi ini. Dia hanya meminta untuk dicek di Kementerian BUMN.
“Cek kementerian,” katanya singkat.
(acd/zlf/detik)