Penulis dan pakar pengasuhan anak asal Amerika Serikat (AS), Margot Machol Bisnow, melakukan penelitian terkait pengasuhan orang tua dari anak-anak yang sukses ketika dewasa. Ia melakukan wawancara 70 orang tua yang berhasil membesarkan anak-anak mereka menjadi sosok yang sukses di bidangnya masing-masing.
Dalam studinya yang berjudul “Raising an Entrepreneur”, Bisnow menemukan jika komunikasi orang tua dan anak punya peran penting dalam mencapai kesuksesan. Terlebih bila komunikasi yang baik dibina sedini mungkin.
Studi menyebut bahwa membangung komunikasi yang tepat sangat penting, terutama dimulai saat anak-anak berada di usia emas (golden age) atau dari usia 0-5 tahun dan berlanjut hingga masa bersekolah.
Seluruh pengalaman pertama di masa ini akan terekam kuat di alam bawah sadar mereka. Ketika mereka sudah mulai mengerti dan bisa diajak berkomunikasi dengan baik, ini adalah waktu yang tepat bagi orang tua untuk proses pembentukan karakternya.

Melalui penelitiannya, Bisnow menemukan orang tua dengan anak yang sukses tidak pernah mengatakan 4 kalimat terlarang ini. Apa saja? Berikut penjelasannya dikutip dari laman CNBC Internasional, Selasa (23/7/2024).
4 Kalimat Terlarang Diucapkan Orang Tua agar Anaknya Sukses
Para orang tua harus paham bahwa anak-anak tidak akan bahagia jika melalui suatu hal yang tak mereka sukai. Ketika dipaksa dengan penghargaan yang berlebihan, mereka akan mencoba pada batas minimum dan tidak akan bekerja keras.
Kalimat ini seperti menunjukkan bahwa orang tua hanya fokus pada prestasi dan nilai, tetapi tidak memperhatikan potensi anak sesungguhnya. Dukungan dan rasa percaya agar anak menjalani kesukaannya bisa membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan memiliki nilai positif.
Padahal, yang terpenting adalah memberikan pengertian kepada anak dalam segala aspek. Misalnya tentang nilai uang, kegunaan uang saku, dan berikanlah fasilitas bagi anak untuk menabung.
Meski tidak anak orang tua dan anak yang sempurna, tetapi orang tua bisa belajar dari memberikan pengertian kepada anak, melatih rasa tanggung jawab, dan percaya diri seiring dengan bertambahnya usia.
Orang tua memang memiliki otoritas yang besar ketika berada di dalam rumah. Tetapi ternyata larangan dan ancaman bisa membuat orang tua dianggap tidak mengerti keinginan anak hingga dinilai memaksakan kehendaknya kepada anak.
Pada dasarnya, orang tua perlu memahami jika setiap anak memiliki ciri khasnya masing-masing. Orang tua harus paham bahwa tidak semua anak bisa sukses di bidang akademik.
Untuk itu, orang tua seharusnya bisa mendukung keinginan anak-anaknya dengan tetap membuat aturan dan kesepakatan. Dengan demikian, anak memiliki kesempatan untuk belajar dan bermain bahkan lebih jauh lagi mengenalkan konsep tanggung jawab dan mengambil keputusan.
Semua orang tua ingin anak-anak mereka bisa bertanggung jawab, mampu menyelesaikan masalah, belajar dari kesalahan dan menjadi lebih percaya diri. Namun, hal ini tidak bisa dicapai jika orang tua tidak percaya pada anak.
Kepercayaan bak barang yang sangat mahal. Dalam sudut pandang anak, memiliki orang tua yang percaya pada kemampuan mereka dan mendukungnya adalah hal paling sulit didapatkan.
Seperti yang dialami oleh John Arrow, pemilik Mutual Mobile sebuah perusahaan teknologi terkemuka.
John menceritakan dahulu kala ia masih duduk di kelas lima SD, dia bersama teman-temannya menulis surat kabar sekolah yang langsung habis terjual. Namun, mereka gagal melakukan pengecekan fakta.
Mengetahui hal tersebut, kepala sekolah marah dan memanggil orang tua mereka. Namun, orang tua John malah menampakkan sikap yang berbeda.
Mereka hanya tertawa dan menyuruh John untuk memperbaiki kesalahannya. Hal ini menjadi bukti bila memori dan sikap orang tua terpatri di ingatan anak.
“Mengetahui orang tua saya akan mendukung saya, bahkan ketika pihak sekolah menentang saya, membuat saya bekerja lebih keras untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sudah membuatkan keputusan yang benar karena mempercayai saya,” kata John.
Orang tua yang menjadi narasumber Bisnow memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda. Tapi satu hal yang pasti mereka mengajarkan kepada anak-anak tentang nilai uang.
Mereka yang terlalu memanjakan anaknya dengan uang bisa berujung negatif. Karena anak secara tidak langsung tak belajar tentang konsep dan sikap bertanggung jawab.
Diketahui, anak yang biasa dimanja akan menjadi malas, tidak termotivasi dan mudah menuntut sehingga marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Akhirnya, mereka akan tumbuh tanpa kematangan emosional yang cukup dan akan kesulitan ketika mengatasi masalah karena tidak ada ayah/ibu yang membantu mereka.
(det/faz/detik)