Namun kini, sama dengan anggota kabinet lainnya, Auzangreb tidak menerima gaji. Dia pun melepaskan kewarganegaraan Belandanya agar memenuhi syarat untuk jabatan tersebut.
Dilansir dari Business Today, Selasa (9/4), Aurangzeb punya tugas besar untuk memulihkan perekonomian Pakistan. Pasalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengklasifikasikan negara tersebut memiliki inflasi tercepat di Asia, pertumbuhan yang lesu, serta tercatat menjadi salah satu negara dengan tingkat pengumpulan pajak terendah di dunia.
Tapi Auzangreb bukan orang biasa, dia berasal dari keluarga terkemuka di Lahore. Ayahnya merupakan Jaksa Agung di Pakistan. Jejak pendidikannya pun elit, mulai dari sekolah swasta yakni Aitchison College hingga berkuliah di Wharton, Philadelphia, Amerika Serikat, dengan beasiswa.
Pada awal karirnya, Auzangreb bekerja di Citigroup Inc di New York sebelum kembali ke Pakistan untuk bekerja di Amro Bank NV. Setelah dari Amro Bank, ia sempat bekerja di JPMorgan Singapura. Setelah lama berkarier di luar negeri, pada 2018, ia kembali ke negaranya untuk menjadi CEO lembaga pemberi pinjaman terbesar di Pakistan yakni Habib Bank Ltd.
Pada saat itu, kepulangannya ke Pakistan mengejutkan orang-orang yang bekerja bersamanya. Sebab, ia berani meninggalkan kenyamanan Singapura dan peran nyaman di JPMorgan. Informasi ini diungkap salah seorang mantan koleganya kepada Bloomberg.
Kolega ini pun mengatakan Aurangzeb sering berbicara tentang kecintaannya pada negara kelahirannya. Pengangkatannya menjadi Menteri Keuangan adalah bukti Aurangzeb terhadap Pakistan.
Sebelum diangkat, ayah dari dua anak itu diketahui sempat menjadi dewan penasihat ekonomi Perdana Menteri Pakistan pada 2022. Kini, ia ditunjuk sebagai Menteri Keuangan tepat beberapa pekan sebelum Pemilihan Umum di Pakistan.
(fdl/DETIK)