Danau Habbaniyah, yang dulunya jadi sumber air luas yang membentang seluas 140 km persegi, dengan kapasitas 3,3 miliar meter kubik, menyusut dengan cepat dan menimbulkan krisis air. Tanahnya retak, matahari menyengat dan meninggalkan kesengsaraan bagi warga.
Saking langkanya air, warga harus mengeluarkan US$ 37 atau Rp 550 ribu (kurs Rp 15.000) per minggu demi membeli air kemasan untuk minum dan memasak. Bahkan ada yang sampai terlilit utang demi membeli air bersih.
“Saya membayar 50.000 dinar Irak (US$ 37) setiap minggu untuk air kemasan bagi keluarga saya untuk minum dan memasak,” kata warga lokal Firas Muhammad, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (29/6/2023).
Mencari pekerjaan di Ramadi juga menjadi hal sulit. Muhammad berujar rela dipindahkan ke Ukraina asalkan ada sumber air bersih.
“Jika pemerintah memutuskan untuk memindahkan kami ke kamp dengan air tawar untuk mengatasi krisis ini, kami bahkan akan menerima dipindahkan ke Ukraina,” ujarnya.
Suhu di sana bisa mencapai 40 derajat celcius. Sekitar 30 km ke timur di sepanjang tepi danau, kota resor yang dulunya populer juga berjuang melawan krisis air. Daerah ini berpenghunikan nelayan dan orang-orang yang mengandalkan pariwisata.
Mobil tangki air tawar yang dikirim pemda dua pekan lalu sudah kering. Sumur digali dengan kedalaman 86 meter (282 kaki) namun gagal mengeluarkan air.
Habbaniyah dibangun pada awal 1980-an sebagai waduk dan kota wisata saat finansial ekonomi Irak masih jaya. Setelah invasi AS ke Irak tahun 2003, wilayah itu terbengkalai dan kacau balau, yang diperburuk pada Maret 2015 ketika ISIS menguasai daerah tersebut.
Observatorium Irak Hijau, sebuah organisasi lingkungan lokal yang memantau situasi tersebut, memperkirakan pada bulan Mei bahwa 13.000 penduduk di daerah al-Ankour dan al-Majar telah terkena dampak kekurangan yang disebabkan oleh pengalihan air.
Sembilan bulan lalu, bersamaan dengan menurunnya volume air sungai Euphrates yang mengalir dari Syria, pengeboman dilakukan untuk mengalirkan air dari danau Habbaniyah ke kota Fallujah, Irak. Warga sekitar dibiarkan denagn stok air seadanya.
(hns/detik)