Peluru Artileri Myanmar Nyasar ke Wilayahnya, China Protes Keras!

0

Beijing – China melayangkan protes keras kepada Myanmar setelah peluru artileri dari pertempuran yang terjadi di negara tetangganya itu nyasar dan jatuh ke wilayahnya. Peluru artileri yang nyasar itu bahkan melukai lima warga China di sebuah kota kecil dekat perbatasan Myanmar.

Seperti dilansir Reuters dan CNN, Sabtu (6/1/2024), konflik bersenjata di wilayah utara Myanmar, dekat perbatasan China, semakin meningkat sejak Oktober tahun lalu dengan pasukan junta militer Myanmar bertempur melawan kelompok pemberontak etnis setempat.

Seruan gencatan senjata telah dilontarkan oleh Beijing, yang juga memfasilitasi dialog antara kedua pihak yang berkonflik.

“China … sangat menyesalkan jatuhnya korban di China akibat konflik tersebut dan telah melayangkan protes serius kepada pihak-pihak terkait,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam konferensi pers.

“China sekali lagi meminta semua pihak yang berkonflik untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan pertempuran, serta mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya insiden keji seperti itu,” cetusnya.

Ditegaskan juga oleh Wang bahwa China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan properti milik warganya di area perbatasan.

Sebelumnya, surat kabar pemerintah China, Global Times, melaporkan bahwa sedikitnya lima orang di Nansan, kota kecil di dekat perbatasan Myanmar, dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka usai terkena peluru nyasar pada Rabu (3/1) waktu setempat.

Video insiden itu beredar di media sosial, yang disebut menunjukkan seseorang tergeletak di trotoar sementara orang-orang berteriak “Panggil polisi!”.

Dalam video itu, seorang pejabat kota Zhenkang di Provinsi Yunnan mengonfirmasi adanya serangan yang nyasar dari Laukkai di Myanmar bagian utara.

Insiden tersebut terjadi setelah pekan lalu, Kedutaan Besar China di Myanmar menyerukan warga negaranya yang ada di Laukkai untuk segera meninggalkan wilayah tersebut, dengan alasan meningkatnya risiko keamanan.

(nvc/idh/detik)