“Sampai saat ini belum ada usulan untuk membatasi ekspor beras pratanak,” kata Chopra menjawab pertanyaan wartawan, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/8/2023).
Sementara, Presiden Federasi Eksportir Beras India Prem Garg mengatakan saat ini tidak ada pembatasan ekspor beras pratanak. Dia menyebut produksi beras saat ini sudah naik tiga kali lipat dari targetnya pada awal bulan Agustus.
“Pemerintah mempunyai kelebihan stok, pasar terbuka mempunyai kelebihan stok, dan tanaman baru akan mulai tiba dalam waktu dua bulan. Persediaan beras lebih dari cukup,” ujar Garg.
Petani India, yang biasanya mulai menanam padi pada bulan-bulan hujan di bulan Juni dan Juli kini akan mulai memanen tanaman musim baru mulai bulan Oktober.
Sebelumnya, pemerintah dikabarkan resmi melarang ekspor beras non-basmati mulai 20 Juli 2023 kemarin. Kebijakan ini diprediksi akan mempengaruhi lonjakan inflasi pangan global.
Larangan ekspor beras non basmati itu dilakukan karena harga di dalam India sendiri tengah meningkat. Selama sebulan kenaikannya mencapai 3% dan setahun sudah naik 11,5%. Lonjakan ini juga disebabkan karena produksi beras di India terhambat karena cuaca buruk.
“Untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang cukup di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor,” kata Kementerian Pangan India dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Jumat (21/7/2023).
Meski ekspor beras dilarang 20 Juli, pemerintah India menyebut beras yang sudah berada di kapal tetap diizinkan melayar ke tujuannya.
(ada/fdl/detik)