Gunung dengan puncak bersalju setinggi 3.776 meter ini menjadi latar belakang menakjubkan bagi mereka yang mencari momen selfie atau momen instagrammable favorit berikutnya.
Jeprat-jepret sebentar, para pengunjung mendapatkan apa yang mereka inginkan, kemudian beranjak pergi.
Pada Selasa (21/05), pemandangan itu hilang. Para turis yang biasanya bisa melihat pemandangan Gunung Fuji di trotoar seberang minimarket kini harus puas menatap layar jaring hitam sepanjang puluhan meter.
Penghalang ini dipasang setelah para penduduk setempat mengajukan serangkaian keluhan. Mereka mengaku kehidupan mereka terganggu oleh turis-turis yang menyeberang serampangan dan membuang sampah sembarangan.
Penduduk Kota Fuji Kawaguchiko memang amat merasakan dampak lonjakan pariwisata kedatangan orang ke Jepang melampaui rekor tiga juta orang pada bulan Maret dan April, didorong oleh melemahnya nilai tukar yen dan besarnya niat orang berlibur pascapandemi.
Layar tersebut merupakan sebuah langkah putus asa dan sebuah tanda perjuangan Jepang untuk mengakomodasi pengunjung sekaligus melindungi jalan-jalan, tempat-tempat terkenal, dan cara hidup yang khas.
Inilah foto yang menarik begitu banyak wisatawan datang ke Fuji Kawaguchiko.BBCInilah foto yang menarik begitu banyak wisatawan datang ke Fuji Kawaguchiko.
Hari Selasa (21/05) menjadi hari yang ramai di Fuji Kawaguchiko.
Pejabat Jepang telah mengumumkan sejak akhir April bahwa mereka akan memasang layar penghalang namun jam pemasangannya membawa lebih banyak perhatian ke kota di Jepang tengah ini.
Saat para pekerja memasang tiang dan menggantungkan kabel untuk menahan layar, mereka dikelilingi oleh banyak kamera. Para wisatawan pun berkumpul, penasaran ingin mengabadikan keriuhan tersebut.
Jika layar dimaksudkan untuk menjauhkan para turis, benda itu gagal melakukannya.
Di antara pengunjung, ada yang bertanya-tanya seberapa efektif tindakan itu: “Ini mungkin berhasil selama beberapa hari. Tapi saya yakin seseorang akan membuat lubang [di dalamnya] dan mengambil fotonya suatu saat nanti,” kata turis Kazakhstan, Yuri Vavilin.
Dia kecewa karena gagal memotret Gunung Fuji, tapi dia berkata dia akan kembali besok dan mencoba dari kedua ujung layar.
Dedikasi ini mengejutkan Kazuhiko Iwama, 65 tahun, yang telah menjalani seluruh hidupnya di Fuji Kawaguchiko. Rumahnya terletak di seberang minimarket tersebut.
“Saya melihatnya setiap hari dari jendela, jadi saya tidak bisa berkata banyak tentangnya [Gunung Fuji],” katanya sambil memandangi gunung berapi yang menarik wisatawan dari seluruh dunia.
“Saya mungkin menyepelekannya begitu saja.”
foto Gunung FujiBBCWarga setempat mengeluhkan perilaku para turis yang menyeberang sembarangan.
Inilah pemandangan yang disebut banyak orang “sangat Jepang” minimarket Lawson yang biasa-biasa saja tapi menampilkan pemandangan yang begitu spektakuler. Bahkan warganet menjulukinya “Gunung Fuji Lawson”.
Iwama tidak yakin layar tersebut akan menghalangi wisatawan. Dengan hilangnya trotoar, dia khawatir akan lebih banyak orang yang turun ke tengah jalan untuk mengambil gambar.
Dia mengatakan justru inilah masalahnya dia tidak akan keberatan dengan wisatawan, jika mereka mengikuti aturan.
“Mereka menyeberang jalan dan sepertinya tidak peduli sama sekali dengan mobil, itu berbahaya. Dan mereka meninggalkan sampah dan puntung rokok di mana-mana.”
Perilaku ini dianggap sangat tidak sopan di negara dengan sedikit tempat sampah di jalan Anda diharapkan membawa pulang sampah dan membuangnya di rumah.
Layar tersebut merupakan pilihan terakhir bagi pejabat setempat. Salah satu dari mereka mengatakan pada awal Mei silam, “Sangat disayangkan kami harus melakukan ini karena beberapa wisatawan tidak menghormati peraturan.”
Mereka telah mencoba beragam tindakan, seperti memasang rambu-rambu besar dalam berbagai bahasa berisi imbauan agar orang-orang untuk tidak berlarian ke tengah jalan.
Namun, kata mereka, sebagian besar wisatawan mengabaikan imbauan tersebut.
Kazuhiko IwamaBBCKazuhiko Iwama mengaku terbiasa menatap pemandangan Gunung Fuji dari rumahnya.
Ketika kami mengunjungi lokasi itu beberapa minggu sebelumnya, seorang satpam ditugaskan di jalan tersebut untuk mencegah kecelakaan.
Kami melihat seorang pria meniup peluitnya dengan marah dan berteriak kepada pejalan kaki agar tidak menyeberang sembarangan. Ketika kami mencoba mendekatinya, dia menghentikan kami: “Tolong, saya perlu berkonsentrasi.”
Di tengah jalan, seorang pengemudi membunyikan klakson secara agresif ke arah pejalan kaki yang membawa kamera dan berdiri di depan Lawson sehingga menghalangi lalu lintas. Sebagai gambaran, pengemudi di Jepang amat jarang membunyikan klakson.
“Saya pikir seseorang mengunggah foto dirinya di depan Lawson ini dan menjadi viral sehingga semua orang memutuskan ‘Saya ingin pergi ke sana. Saya ingin foto itu ada di Instagram saya’,” kata Maddison Verb yang berasal dari Amerika Serikat.
Dia dan kedua temannya bergantian berpose dengan latar belakang Gunung Fuji.
Berbeda dengan foto-foto mereka yang syahdu dan terfilter yang akan segera dibagikan di Instagram atau TikTok, pemandangan di sekitar mereka ramai dan mencekam.
Coralie NiekeBBCCoralie Nieke mengatakan pengalaman untuk berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji membuatnya stres.
“Ada seorang pria yang bekerja di sini hanya untuk mencegah orang menyeberang jalan. Ini gila,” kata Coralie Nieke, turis asal Jerman yang baru saja berkunjung.
“Kalau saya tidak punya media sosial, saya tidak akan datang ke sini. Saya bahkan tidak tahu kalau tempat ini ada.”
Dia menggambarkan betapa sesak perasaannya melihat banyak orang berdesak-desakan untuk satu jepretan itu.
Tapi, yang membuatnya lega, dia berhasil mendapatkan “foto Lawson” yang dia inginkan.
Kikue Katsumata, warga setempat berusia 73 tahun yang rutin mengajak anjingnya berjalan-jalan di kawasan tersebut, bersimpati kepada kedua belah pihak.
“Saya merasa sedih bagi para wisatawan yang datang jauh-jauh untuk melihat pemandangan dan mengambil foto, namun lalu lintas di sini cukup padat, dan kami semua sangat khawatir ada kecelakaan.”
Wandy Chow dan keluargaBBCZachary Tsang (pertama dari kiri) mengaku punya tempat lain untuk berfoto.
Namun sekarang, dengan adanya layar penghalang, para wisatawan masih belum yakin bahwa barang itu akan berhasil menghalau turis.
“Saya pikir mereka akan berdiri di jalan untuk berfoto,” kata Maddie Godwin, turis dari Australia.
Namun, ada pelancong yang tak terganggu dengan langkah pemerintah Jepang ini. Wandy Chow, seorang pengunjung dari Toronto, mengatakan, “Ada tempat lain di mana Anda dapat mengambil foto Gunung Fuji yang indah.”
Putranya, Zachary, mengatakan dia telah menemukan toko lain dengan pemandangan Gunung Fuji yang bagus.
Tapi dia tidak akan mengatakan di mana toko tersebut.
“Saya tidak ingin orang-orang pergi ke sana,” katanya sambil tersenyum, memikirkan momen berikutnya yang dapat dibagikan.
(haf/detik)