Perusahaan China Ramai ‘Rekrut’ Manusia Virtual, Gajinya Rp 230 Juta Setahun

0
Jakarta – China saat ini tengah mengembangkan proyek manusia virtual. Proyek ini laku keras dipergunakan oleh para pengusaha di sana, mulai dari layanan pelanggan hingga di industri hiburan.

Manusia virtual adalah kombinasi animasi, teknologi suara, dan teknologi mesin yang menciptakan manusia digital. Mereka dapat bernyanyi, bahkan berinteraksi secara langsung lewat streaming. Makhluk digital ini semakin banyak bermunculan di dunia maya China.

Dikutip dari CNBC, Senin (02/01/2022), perusahaan teknologi Baidu mengatakan, jumlah proyek manusia virtual yang dikerjakannya telah naik berlipat ganda sejak tahun lalu. Kisaran harganya mulai dari 20 ribu yuan hingga 100 ribu yuan per tahun.

Kepala Bagian Bisnis Robotika dan Manusia Virtual di Baidu, Li Shiyan mengatakan, pembeli manusia virtual cukup bervariasi, mulai dari perusahaan jasa keuangan, dewan pariwisata lokal, hingga media pemerintah.

Ia juga menyebut, harga manusia virtual ini turun hingga 80% sejak tahun lalu, ketika teknologi semakin berkembang. Harganya kini mencapai kisaran 100 ribu yuan atau setara Rp 230 juta setahun untuk yang tiga dimensi, dan 20 ribu yuan atau setara Rp 46 juta untuk yang dua dimensi (kurs Rp 2.300).

Ke depannya Li berharap, industri manusia virtual secara keseluruhan akan terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai angka 50% setiap tahun, hingga 2025.

DIketahui, China sendiri tengah mendorong perkembangan industri manusia virtual ini. Hal ini terlihat dari Kota Beijing yang pada bulan Agustus lalu sempat mengumumkan rencananya untuk membangun industri masyarakat virtual senilai lebih dari 50 miliar yuan pada 2025.

Tidak berhenti sampai di situ, musim gugur ini, pemerintah China merilis rencana terperinci untuk memasukkan lebih banyak realitas virtual, terutama di bidang penyiaran, manufaktur, dan bidang lainnya.

Rencana lima tahun terbaru negara itu terungkap tahun lalu, termasuk seruan untuk mendorong digitalisasi ekonomi, termasuk di antaranya secara virtual dan augmented reality.

Sementara itu, dari perspektif bisnis, fokus dari penggunaan manusia virtual ini ialah untuk keperluan produksi konten. Tidak hanya itu, mereka juga dijadikan alternatif oleh para pengusaha China untuk menjadi ikon produknya, menggantikan para selebriti yang belakangan tengah banyak menuai skandal.

Menurut survei yang diterbitkan oleh Kantar pada musim gugur ini, dalam setahun terakhir, sebanyak 36% konsumen menonton pertunjukan influencer virtual. Sedangkan sebanyak 21% telah menonton manusia virtual menyiarkan berita.

Laporan tersebut juga menyebut, 45% pengiklan mengatakan, tahun depan mereka berkemungkinan akan mensponsori penampilan influencer virtual atau mengundang manusia virtual bergabung dalam acara mereka.

(zlf/detik)