Jakarta -Kehadiran pesenam ternama dunia, Simone Biles, memberikan testimoni terkait kasus pelecehan seksual mantan dokter Larry Nassar terhadap ratusan atlet di Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan. Biles bahkan menyebut Biro Investigasi Federal (FBI) menutup mata soal laporan kasus tersebut.
Dilansir Associated Press, Kamis (16/9/2021), Biles yang berusia 24 tahun ini juga menjadi salah satu korban Nassar. Nassar kini tengah mendekam di penjara atas kasus pornografi anak.
Nassar diketahui sempat menjabat dokter bagi tim pesenam AS selama bertahun-tahun sebelum aksi bejatnya terbongkar.
Nassar yang berusia 58 tahun telah divonis antara 40-175 tahun penjara pada tahun 2018 lalu, setelah dia mengaku bersalah atas tujuh dakwaan tindakan kriminal seksual tingkat pertama terhadap anak-anak di bawah usia 16 tahun. Dia sudah menjalani masa hukuman selama 60 tahun penjara setelah dinyatakan bersalah atas dakwaan pornografi anak.
Kembali ke Biles, peraih empat medali emas Olimpiade ini hadir dalam sesi yang digelar Komisi Kehakiman Senat AS terkait kasus Nassar pada Rabu (15/9) waktu setempat. Ia tampak menahan air mata saat berbicara di depan anggota parlemen.
Ia menuturkan kepada anggota parlemen AS bagaimana FBI dan para pejabat Komite Senam AS serta pejabat Olimpiade AS gagal menghentikan tindak pelecehan seksual yang dilakukan Nassar terhadap dirinya. Tidak hanya kepada dirinya hal ini juga dialami ratusan atlet lainnya.
“Saya menyalahkan Larry Nassar dan saya juga menyalahkan seluruh sistem yang memampukan dan memungkinkan tindak pelecehannya,” ucap Biles sambil meneteskan air mata.
Biles menyebut dampak pelecehan yang dilakukan Nassar tidak dapat dilupakan. Menurutnya, dirinya seharusnya tak dibiarkan sendirian menderita.
“Dampak dari pelecehan pria ini tidak pernah berakhir atau dilupakan. … Saya tidak seharusnya dibiarkan sendirian menderita akibat pelecehan Larry Nassar,” imbuhnya.
Selain menyalahkan FBI, Biles juga menyebut Otoritas Senam AS dan Komisi Olimpiade AS maupun Paralimpiade ‘mengetahui saya dilecehkan oleh dokter tim resmi mereka jauh sebelum saya menyadari mereka mengetahui itu’.
Sosok Biles
Sosok Biles dianggap secara luas sebagai ‘pesenam terhebat sepanjang masa’, karena dia meraih empat medali emas Olimpiade dan meraih gelar juara dunia untuk kategori senam sebanyak lima kali.
Menurut situs usagym.org, Biles merupakan pesenam wanita AS yang paling berprestasi dengan meraih total 32 medali Olimpiade maupun dalam kompetisi dunia sepanjang kariernya. Dia juga tercatat memenangkan total tujuh medali Olimpiade yang merupakan medali terbanyak yang pernah dimenangkan seorang pesenam AS.
Biles yang lahir tahun 1997 ini, menurut Bleacherreport.com, mulai dikenal dunia secara luas tahun 2016 saat dia memenangkan lima medali dalam Olimpiade Musim Panas di Rio de Janeiro. Empat medali di antaranya merupakan medali emas, termasuk kategori individu all-around dan beregu.
Dia seharusnya tampil bertanding pada Olimpiade Tokyo 2021 lalu, namun menarik diri keluar dari kompetisi beregu maupun individu karena ingin fokus pada kesehatan mentalnya. Namun dia masih mampu memenangkan medali perak dalam nomor beregu dan medali perunggu dalam balok keseimbangan.
Laporkan Pelecehan
Biles bersama sejumlah pesenam ternama AS lainnya seperti McKayla Maroney, Ali Raisman, Gabby Douglas, Jordyn Wieber dan Kyla Ross, menyebut Nassar melecehkan mereka secara seksual saat dia masih menjadi koordinator medis nasional tim senam AS tahun 1996-2014.
Saat memberikan testimoni di hadapan Komisi Senat AS, Biles didampingi oleh Raisman, Maroney dan Maggie Nichols, yang merupakan pesenam pertama yang melaporkan tindak pelecehan Nassar ke otoritas senam AS. Maroney juga pesenam peraih medali emas dalam Olimpiade London.
Biles pertama mengungkapkan dirinya menjadi korban Nassar pada Januari 2018 lalu. Saat memutuskan mundur dari Olimpiade Tokyo, Biles menuturkan bahwa trauma yang tersisa dari tindak pelecehan seksual yang dialaminya memainkan peran dalam keputusannya mengundurkan diri dari sejumlah kompetisi.
Di hadapan anggota parlemen AS, Biles menuturkan dirinya ingin kehadirannya di Tokyo ‘membantu menjaga koneksi’ antara kegagalan para pejabat dan kompetisi Olimpiade, tapi dia mengakui bahwa hal itu ‘terbukti menjadi beban yang sangat sulit untuk dipikulnya’.
(dwia/lir/detik)