Pimpinan 18 Badan PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza: Cukup Sudah!

0
Jakarta – Para pimpinan semua badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan pernyataan bersama yang jarang terjadi. Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Minggu (5/11) waktu setempat, mereka mengungkapkan kemarahan atas korban tewas warga sipil di Gaza dan menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” dalam perang antara Israel dan Hamas.

“Selama hampir sebulan, dunia menyaksikan situasi yang terjadi di Israel dan wilayah pendudukan Palestina dalam keterkejutan dan kengerian atas meningkatnya jumlah nyawa yang hilang dan terenggut,” kata para pemimpin PBB tersebut, dikutip kantor berita AFP, Senin (6/11/2023).

Pimpinan 18 badan PBB termasuk UNICEF, Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan jumlah korban jiwa yang mengerikan di kedua belah pihak sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober dari Gaza ke Israel. Menurut otoritas Israel, serangan Hamas itu menyebabkan sekitar 1.400 orang tewas, sebagian besar warga sipil.

Israel kemudian membalas dengan serangan udara dan artileri tanpa henti yang telah menewaskan lebih dari 9.000 orang, sebagian besar warga sipil, kata Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.

“Seluruh penduduk dikepung dan diserang, tidak diberi akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, dibombardir di rumah, tempat penampungan, rumah sakit dan tempat ibadah mereka. Ini tidak dapat diterima,” imbuh pernyataan tersebut.

Para pimpinan badan-badan PBB itu meminta Hamas untuk membebaskan lebih dari 240 sandera yang mereka sandera dalam serangan tersebut. Mereka juga mendesak kedua belah pihak untuk menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional ketika perang berkecamuk.

Para pemimpin PBB tersebut mengatakan bahwa lebih banyak makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar harus diizinkan masuk ke Gaza untuk membantu penduduk yang terkepung ketika Israel menyerang dengan tujuan menghancurkan Hamas.

“Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang,” kata pernyataan itu.

(ita/detik)