“Ya jadi sebagaimana diketahui, kita harus bangun kekuatan pertahanan kita, deterrent kita, kekuatan penangkal. Dan saat ini banyak sekali pesawat kita yang sudah tua dan harus kita refurbished. Kita sedang perbaiki. Ini butuh waktu kurang lebih satu tahun atau 18 bulan lagi untuk mengoperasionalkan semua pesawat tempur kita sekarang,” kata Prabowo setelah menghadiri acara HUT ke-1 Defence Industry Indonesia atau Defend ID di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023).
Prabowo menjelaskan, pembelian pesawat bekas itu untuk mengisi kekosongan pesawat tempur TNI AU sebelum pesawat baru, Rafale, yang dibeli dari Perancis, datang ke Tanah Air.
“Dan kita akan beli pesawat-pesawat yang baru modern sudah kita kontrak, sudah kita pesen, Rafale, 42 (unit) dari Prancis. Tapi kita tanda tangan baru berapa minggu yang lalu, berapa bulan, datangnya nanti yang pertama itu 3 tahun lagi, paling cepat. Nanti skuadron itu akan operasional mungkin 5-6 tahun lagi,” ujar Prabowo.
Untuk mengisi gap selama rentang waktu tersebut, lanjut Prabowo, pesawat yang dinilai potensial ialah Mirage 2000-5. Dia mengaku bersyukur berhasil mengakuisisi jet tempur asal Qatar ini meskipun barang bekas.
“Nah untuk menghadapi 5 tahun ini kita perlu yang disebut interim deterrent untuk waktu 3-5 tahun ini segera kita butuh kemampuan ya. Nah dengan gitu kita lihat yang mana, kita lihat yang potensial adalah Mirage 2000-5. Dan ini sulit, banyak negara yang mau ambil, alhamdulillah dengan hubungan kita yang baik dengan Qatar, mereka kasih kepada kita,” kata Prabowo.
“Tapi hanya ada 12 (unit). Nah ini yang kita akuisisi untuk nanti, karena Mirage ini cukup canggih dan walaupun dikatakan bekas tapi Qatar adalah negara yang sangat kecil jadi flying hours-nya masih sedikit. Jadi masih bisa kita pakai mungkin minimal 15 tahun, 20 tahun lagi,” lanjut dia.
Alasan lainnya, sebut Prabowo, teknologi jet Mirage 2000-5 tergolong mutakhir. Dia mengatakan pilot-pilot AU juga akan dilatih mengoperasikan Mirage 2000-5 sebelum nantinya beralih ke Rafale.
“Dan teknologinya sudah sangat canggih dan nanti mengarah kepada Rafale. Jadi inilah pilot-pilot kita nanti akan kita latih di Mirage. Begitu Rafale datang dia akan transisi ke Rafale,” ujarnya.
Prabowo menyebutkan pihaknya juga tengah bernegosiasi dengan sejumlah negara terkait rencana pembelian pesawat tempur. Menurutnya, pesawat-pesawat ini perlu diakuisisi untuk menjaga kebutuhan operasional TNI AU sementara sampai pesawat tempur Rafale yang dibeli Indonesia datang.
“Dan kita lagi nego juga dengan Emirates mereka punya juga Mirage 2000-9. Ini lagi kita nego juga mudah-mudahan kita juga bisa mengakuisisi. Ini untuk menjaga sekarang sampai lima tahun. Sampai pesawat-pesawat kita yang baru full ada di kita. Kita juga tentunya ada program sama Korea, KFX. Kita juga sedang nego dengan Amerika, F15. Dan kita juga sedang nego dan menjajaki kerja sama dengan PT DI dengan Turki, mengembangkan juga pesawat generasi kelima. Dengan Korea generasi 4.5. Jadi ini yang kita lakukan,” tandas Prabowo.
(fca/gbr/detik)