Dilansir AFP, Minggu (11/12/2022), presiden perempuan pertama Peru, itu mengawasi upacara pelantikan jajaran kabinet. Sebanyak 19 menteri–delapan di antaranya perempuan–mengambil sumpah jabatan di Istana Presiden.
Boluarte dengan tergesa-gesa dilantik selang beberapa jam setelah Castillo dimakzulkan, Rabu (7/12) waktu setempat setelah berusaha membubarkan Kongres Peru. Dia kemudian ditangkap pada Rabu (7/12) malam waktu setempat dan dilaporkan tengah diselidiki atas tuduhan pemberontakan.
Kini, Kepala staf Boluarte yang baru adalah mantan jaksa yang berspesialisasi dalam kasus korupsi dan kabinet barunya terdiri dari anggota-anggota yang dipandang sebagai teknokrat yang independen secara politik.
“Konsolidasi demokrasi, supremasi hukum, keseimbangan kekuasaan, tata kelola — ini adalah garis penting pemerintahan saya,” kata Boluarte, wakil presiden di bawah Castillo yang berhaluan kiri, dalam pidato pertamanya, dikutip dari AFP.
Pengacara berusia 60 tahun itu mengatakan dia akan menjalani masa jabatan Castillo hingga Juli 2026. Namun Boluarte tidak mengesampingkan akan mengadakan pemilihan presiden lebih awal.
Diketahui penyelenggaraan pemilu menjadi bagian dari tuntutan utama para pengunjuk rasa yang memblokir jalan dan membakar ban di seluruh negeri, yang memiliki rekor pergolakan dan ketidakstabilan politik. Protes itu tak ayal berubah menjadi kekerasan di kota Andahuaylas di Andean selatan, di mana polisi menggunakan gas air mata untuk memadamkan ribuan demonstran, beberapa di antaranya menggunakan ketapel untuk mengusir polisi.
Akibatnya, sebanyak 20 orang, termasuk 4 polisi, terluka dalam bentrokan itu, kata kantor ombudsman hak asasi manusia nasional dalam sebuah cuitannya.Dua petugas polisi yang disandera oleh pengunjuk rasa kemudian dibebaskan, kata kantor itu.
“Kami menyerukan agar tenang, mengingat peristiwa yang terjadi di Andahuaylas,” cuit Kepolisian Nasional Peru.
Mahasiswa, pekerja dan partai politik sayap kiri mengadakan unjuk rasa baru di Lima untuk menuntut penutupan Kongres dan memprotes penggulingan Castillo, Sabtu malam waktu setempat. Banyak jalan tetap diblokir di selatan negara itu, termasuk Jalan Raya Pan-Amerika, menyebabkan puluhan bus dan truk kargo terdampar di dekat pusat pertanian Ica dan Arequipa.
Sebelumnya, Castillo sempat mencoba untuk mencegah pemungutan suara pemakzulan pada Rabu. Ini menjadi ‘perlawanan’ ketiga olehnya seja dia menjabat 18 bulan lalu, dengan membubarkan badan legislatif dan mengumumkan dia akan memerintah dengan keputusan. Namun anggota parlemen tetap memilih untuk memecatnya.
Merespons insiden itu, Boluarte telah bernegosiasi selama tiga hari mengenai pembentukan pemerintahannya dengan partai-partai konservatif yang mendominasi kongres. Sekutu kirinya menolak untuk ambil bagian setelah pemecatan dan penangkapan Castillo. Niatnya untuk menjalani masa jabatannya yang telah menemui hambatan.
Para pengunjuk rasa telah menyatakan penolakan keras terhadap kongres dan menganggap kepemimpinan Boluarte tidak sah. Sebuah jajak pendapat yang dirilis pada November mengatakan 86 persen dari mereka yang ditanyai tidak setuju dengan badan legislatif.
“Dina Boluarte tidak mewakili kami karena dia adalah perampas kekuasaan. Kami tidak memilih dia,” kata Maria Tolentino, seorang ibu rumah tangga yang ikut dalam protes di Lima, Jumat (9/12) waktu setempat.
Ratusan orang berbaris melalui jalan-jalan Lima untuk hari kedua, menuntut pembebasan Castillo. Di hari sebelumnya, polisi menembakkan gas air mata dan bentrok dengan demonstran.
(fca/gbr/detik)