Presiden Korsel Rombak Kabinet Buntut Penasihat Mundur karena Blackpink

0
Seoul – Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol merombak jajaran kabinet pemerintahannya, terutama pada jajaran Kementerian Luar Negeri dan posisi diplomatik penting di Amerika Serikat (AS). Perombakan dilakukan setelah Penasihat Keamanan Nasional Kim Sung Han mundur secara mengejutkan pada akhir Maret lalu.

Dilansir kantor berita Korsel, Yonhap, Selasa (11/4/2023), juru bicara kantor kepresidenan Korsel Lee Do Woon mengumumkan bahwa Yoon telah menunjuk Duta Besar Korsel untuk Rusia Chang Ho Jin untuk menempati jabatan baru sebagai Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) pada Jumat (7/4) lalu.

Sementara Wakil Menlu Korsel saat ini, Cho Hyun Dong, menurut kantor kepresidenan Korsel, telah dicalonkan oleh Yoon untuk menjadi Duta Besar Korsel untuk AS yang baru.

Jabatan Duta Besar Korsel untuk AS diketahui kosong setelah Cho Tae Yong ditunjuk oleh Yoon untuk menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional menggantikan Kim Sung Han yang mengundurkan diri.

Serangkaian perombakan jabatan Dubes dan kementerian itu terjadi menyusul pengunduran diri mengejutkan Kim Sung Han pada akhir Maret lalu, di tengah dugaan kelalaian dan kesalahpahaman terkait rencana kunjungan kenegaraan Yoon ke AS akhir bulan ini.

Berbagai spekulasi pun mencuat soal alasan di balik pengunduran diri Kim Sung Han yang mengejutkan banyak pihak di Korsel itu. Terlebih, pengunduran diri itu dilakukan kurang dari sebulan sebelum pertemuan penting digelar oleh Yoon dan Presiden AS Joe Biden di Washington DC.

Alasan yang paling banyak dikutip, menurut Yonhap, adalah Kim Sung Han sempat mengabaikan tawaran AS untuk mengundang girl group K-Pop ternama Blackpink untuk tampil dalam jamuan makan malam kenegaraan yang rencananya akan digelar Biden saat Yoon berkunjung ke Washington DC akhir bulan ini.

Kim Sung Han dilaporkan gagal untuk menyampaikan proposal Washington itu secara tepat waktu kepada Yoon, yang berdampak pada potensi penundaan dalam persiapan kunjungan kenegaraan ke AS yang dijadwalkan pada 26 April mendatang.

Laporan kantor berita Yonhap menyebut bahwa Kedutaan Besar Korsel di Washington DC telah melaporkan rencana acara itu dalam lima telegram terpisah ke Seoul, namun tidak mendapatkan tanggapan apapun.

Yoon disebut baru menyadari masalah tersebut pada 9 Maret lalu, atau pada hari saat Kim Sung Han pulang dari Washington DC setelah bertemu jajaran pejabat AS untuk mengkoordinasikan kunjungan kenegaraan Yoon.

Keesokan harinya, Kim Il Bum yang menjabat sebagai sekretaris kepresidenan untuk protokol mengundurkan diri. Lee Mon Hee yang menjabat sebagai sekretaris kepresidenan urusan luar negeri juga dicopot dan diganti sekitar dua pekan kemudian.

Sejumlah pihak berspekulasi bahwa ada gesekan internal dalam Kantor Keamanan Nasional yang memicu masalah-masalah itu.

Saat mengumumkan pengunduran dirinya pada 29 Maret lalu, Kim Sung Han menyatakan keyakinan bahwa dirinya telah menyelesaikan pekerjaan yang harus dilakukannya dan akan kembali mengajar di Korea University sesuai rencana.

Dijelaskan juga oleh Kim Sung Han pada saat itu bahwa persiapan kunjungan kenegaraan Presiden Korsel ke AS berjalan lancar, namun dia juga menyatakan tidak ingin jika ‘kontroversi yang disebabkan oleh dirinya’ menambah beban pada pekerjaan diplomatik negara atau urusan luar negeri.

Kantor kepresidenan Korsel tidak memberikan penjelasan lebih lanjut soal alasan di balik pengunduran diri Kim Sung Han, maupun soal spekulasi yang beredar.

Hanya disebutkan oleh kantor kepresidenan Korsel bahwa Yoon menerima pengunduran diri Kim Sung Han setelah berpikir mendalam dan mencalonkan Cho Tae Yong, yang saat itu masih menjabat sebagai Duta Besar Korsel untuk AS, sebagai Penasihat Keamanan Nasional yang baru.

Terlepas dari itu, gagasan soal permasalahan Blackpink menjadi pemicu Kim Sung Han mundur mendadak dari jabatannya menjelang acara diplomatik utama seperti kunjungan kenegaraan ke AS juga membuat banyak pihak mencurigai adanya faktor-faktor lainnya yang berperan.

Seorang sumber dari blok partai yang berkuasa menyebut ada masalah terpisah yang muncul saat merencanakan pertemuan kedua presiden dan pasangan mereka. “Ada masalah terkait kepercayaan di antara kedua pemimpin,” cetus sumber itu tanpa menjelaskan lebih lanjut.

(nvc/ita)