Paris -Presiden Prancis, Emmanuel Macron, ditampar di wajah saat menemui dan menyapa kerumunan warga dalam kunjungan di wilayah Prancis bagian tenggara. Insiden ini menuai kecaman berbagai pihak.
Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Rabu (9/6/2021), insiden ini terekam video yang beredar luar di media sosial, yang menunjukkan momen awal saat Macron mendekati kerumunan warga yang dipisahkan pagar pembatas untuk menjabat tangan mereka.
Namun saat dia menyapa seorang pria berkaos hijau, tiba-tiba pria itu menampar wajahnya dengan keras. Pengawal kepresidenan yang berada di samping dan belakang Macron dengan cepat mengamankan pria itu dan menarik badan Macron menjauhi pria itu.
Insiden ini terjadi pada Selasa (8/6) waktu setempat, saat Macron mengunjungi kota Tain-l’Hermitage.

Saat penamparan terjadi, para pengawal kepresidenan berada di dekat Marcon. Salah satu pengawal yang berdiri di belakang Macron sempat mengangkat tangan untuk melindunginya, namun dia terlambat sepersekian detik untuk menghentikan tamparan itu. Pengawal itu lantas memeluk Macron untuk melindunginya.
Macron tampak memalingkan wajahnya saat tangan kanan pria itu mengenai wajahnya, sehingga lebih terlihat dia menerima pukulan daripada tamparan langsung.
Pria yang memakai masker itu terdengar meneriakkan slogan ‘Montjoie! Saint Denis!’ yang merupakan teriakan perang era kerajaan yang berusia seabad lalu, sebelum melanjutkan dengan kalimat ‘A bas la Macronie’ yang berarti ‘Turunkan Macron’.
Pria yang tidak disebut namanya itu langsung ditangkap, bersama seorang pria lainnya. Kedua pria berusia 28 tahun itu tengah diinterogasi, dengan kantor jaksa setempat menyatakan: “Pada tahap interogasi saat ini, motif mereka belum diketahui.”
Usai insiden itu, Macron melanjutkan agenda kunjungannya, dengan seorang ajudannya menyebut insiden itu sebagai ‘percobaan penamparan’ meskipun video yang beredar jelas menunjukkan pelaku berhasil memukul wajah sang Presiden Prancis.
Perdana Menteri Prancis, Jean Castex, mengecam keras insiden itu. “Politik tidak akan pernah bisa menjadi kekerasan, agresi verbal, apalagi agresi fisik,” tegasnya.
(nvc/haf/detik)