Produk unggulan DSA yang diekspor adalah 27 ton rumput laut senilai Rp 450 juta ke China dan 14 ton produk perikanan senilai Rp 1,4 miliar ke Amerika Serikat (AS) dari DSA Wakatobi, Sulawesi Tenggara, serta 12 ton produk minyak nilam Rp 4,7 miliar ke India dan Pakistan dari DSA Bone, Sulawesi Selatan dan DSA Bombana, Sulawesi Tenggara.
Pelepasan ekspor berlangsung hari ini, Jumat (12/8) di Pergudangan Garuda, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam pelepasan itu dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Chief of Corporate Affairs PT Astra International Tbk Riza Deliansyah.
Kemudian, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Merry Maryati serta Direktur Promosi dan Pemasaran Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kemendes PDTT, Syahrul.
Di tempat terpisah, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi mengapresiasi PT Astra International Tbk yang telah berhasil membawa desa binaannya untuk melakukan pelepasan ekspor.
“Diharapkan ke depannya, desa binaan PT Astra International Tbk mampu melakukan ekspor secara mandiri dan berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, untuk terus meningkatkan kinerja ekspor,” ujar Didi, dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (13/8/2022).
Menurut Didi, kegiatan pelepasan ekspor ini merupakan salah satu implementasi Kerja Sama Pengembangan Ekspor Produk Unggulan Desa antara Kementerian Perdagangan dengan PT Astra International Tbk yang bertujuan meningkatkan kapasitas ekspor desa ke pasar global.
“Sejak diformalkan pada 28 Juli 2021, Kemendag dan Astra berkomitmen bahwa dari sekitar 900 desa binaan Astra, minimal 100 desa harus mampu ekspor secara mandiri dan mendapatkan repeat order dalam kurun waktu dua tahun, yaitu pada 2023 mendatang,” jelas Didi.
Salah satunya, melalui pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 yang akan diselenggarakan secara hibrida yaitu pada 19-23 Oktober 2022 untuk gelaran luring di ICE BSD, Tangerang dan pada 19 Oktober-19 Desember 2022 untuk virtual eksibisi melalui www.tradexpoindonesia.com.
Usai pelepasan ekspor, Merry juga mengunjungi pameran produk-produk DSA lainnya dan gudang penyimpanan produk rumput laut guna melihat potensi yang dapat terus didorong pengembangannya serta menyusun strategi atas tantangan yang dihadapi pelaku usaha.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama lima tahun terakhir (2017-2021), ekspor produk rumput laut Indonesia tumbuh dengan tren sebesar 5,69%. Pada 2021 nilai ekspornya tercatat sebesar US$ 223,8 juta atau meningkat 22,2%dibandingkan tahun sebelumnya (YoY).
Sedangkan untuk periode Januari-Juni 2022 nilai ekspor produk rumput laut Indonesia mencapai Rp 193,4 juta atau meningkat 102,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY) dengan pasar ekspor utama adalah China, AS, Korea Selatan, Prancis, dan Vietnam.
Untuk minyak atsiri, selama lima tahun terakhir juga tumbuh dengan tren sebesar 10 persen. Pada 2021, ekspor minyak atsiri mencapai USD 248,4 juta atau meningkat 15,1 persen (YoY). Pasar ekspor utama untuk komoditas tersebut adalah Amerika Serikat, India, Prancis, Singapura, dan Spanyol.
Namun demikian, Indonesia masih termasuk dalam kelompok enam besar negara pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia setelah India, AS, Prancis, China, dan Brasil.
Sedangkan ekspor produk perikanan Indonesia selama lima tahun terakhir juga tumbuh dengan tren sebesar 3,91%. Pada 2021, tercatat nilai ekspor produk perikanan Indonesia sebesar US$ 4,05 miliar atau meningkat 6,9% (YoY).
Pada periode Januari-Juni 2022 tercatat nilai ekspor produk perikanan Indonesia sebesar US$ 2,18 miliar atau meningkat 19,9% (YoY). Pasar ekspor utama komoditas tersebut adalah AS, China, Jepang, Vietnam, dan Malaysia.
(ada/ara/detik)