Jakarta – Presiden Rusia menawarkan kerja sama untuk menggarap proyek nuklir di Indonesia. Hal ini disampaikan kepada Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan ke Moskow dalam rangka misi perdamaian 1 Juli 2022 kemarin.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia layak diterima. Menurutnya, PLTN dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan (EBT) pembangkit listrik di Indonesia.
“PLTN sekaligus dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Tenaga Surya dan Bayu, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu, karena sifatnya intermittent, yang tergantung cahaya matahari dan hembusan angin,” ujar Fahmy dalam keterangannya, Senin (04/07/2022).
Meski demikian, sebelum kerjasama Indonesia dan Rusia itu direalisasikan, Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang semula menempatkan nuklir sebagai alternatif akhir menjadi energi prioritas.
Di sisi lain, Fahmy menambahkan pemerintah juga perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat (public acceptances rate) terhadap penggunaan PLTN. Hal ini dirasa perlu dilakukan mengingat selama ini tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN masih sangat rendah.
“Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara, di antaranya Jepang, Rusia dan Ukraina. Namun, kemajuan teknologi reaktor nuklir generasi terbaru, yang digunakan oleh Rosatom, dapat mencegah terjadinya kecelakaan nuklir hingga mencapai nol persen (zero accident),” tuturnya.
Alasan lainnya yang membuat Fahmy merasa tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia layak diterima ialah tanpa mengembangkan PLTN, sangat sulit bagi Indonesia untuk mencapai zero carbon pada 2060.
“Sudah saatnya bagi Indonesia untuk secara serius dan terus-menerus mengembangkan PLTN dengan mempertimbangkan tawaran kerja sama dari Presiden Vladimir Putin,” ujar Fahmy.
“Barangkali Kerjasama tersebut akan dapat lebih memperlancar tindak lanjut realisasi usulan penghentian perang Rusia dan Ukraina, yang diusulkan oleh Indonesia,” tambahnya.
Sebelumnya, Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Vladimir Putin di Moskow pada 1 Juli 2022 lalu membahas potensi kerja sama yang bisa dijajaki antara kedua negara tersebut. Salah satunya adalah kerja sama di bidang pengembangan nuklir. Putin mengatakan banyak perusahaan di negaranya termasuk perusahaan energi, beroperasi di Indonesia. Ia juga mengatakan ketertarikannya untuk membantu mengembangkan industri tenaga nuklir nasional.
Putin juga menambahkan, Rosatom State Corporation mempunyai pengalaman, kompetensi dan keandalan teknologi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Rosatom saat ini menggunakan teknologi nuklir generasi terbaru, tipe reaktor VVER 1200 dengan teknologi generation 3 Plus yang merupakan pertama di dunia, dengan masa operasi selama 60 tahun. Sistem Pengamanan teknologi VVER 1200 memiliki zero accident standaard.
(das/das/detik)