Jakarta –
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa efek dari libur Idul Fitri dan mudik Lebaran baru akan tampak dua atau tiga minggu lagi. Dia meminta masyarakat tidak terlena dengan data penurunan kasus COVID-19.
“Perlu diingat bahwa perkembangan yang terjadi pada minggu lalu belum dapat menunjukkan efek dari libur Idul Fitri dan mudik,” kata Wiku dalam konferensi pers daring di akun Youtube BNPB, Selasa (18/5/2021).
Dia mengingatkan kembali soal pengalaman efek libur panjang terhadap penambahan kasus Corona. Hal ini juga berlaku untuk libur panjang Idul Fitri dan periode mudik Lebaran.
“Seperti yang pernah saya sampaikan, bahwa efek dari libur panjang maupun suatu kegiatan masyarakat dapat dilihat dalam rentang waktu dua hingga tiga minggu setelah periode tersebut. Artinya, kita baru dapat melihat efek dari libur Idul Fitri dan periode mudik pada dua tiga minggu yang akan datang,” ungkapnya.
Dia pun meminta masyarakat agar tak terlena dengan angka kasus yang menurun pada minggu lalu. Dia mengingatkan warga agar mau melakukan karantina mandiri 5×24 jam.
“Untuk itu, jangan terlena dengan kasus positif dan kematian yang menurun di minggu lalu. Kepada seluruh anggota masyarakat yang baru saja kembali dari berpergian, mohon sekali lagi agar melakukan karantina mandiri 5×24 jam sebagai bentuk tanggung jawab terhadap orang-orang di sekitar kita,” ujarnya.
Untuk diketahui, wilayah zona merah COVID-19 di Indonesia terus menurun selama dua pekan. Sementara sebelumnya ada 12, kini jumlah zona merah Corona turun menjadi 7 wilayah.
Berdasarkan data yang dihimpun Satgas COVID-19 per 16 Mei 2021, wilayah dengan zona merah Corona terbanyak berada di Sumatera Barat. Dua wilayah Pulau Jawa juga kembali masuk ke zona merah, yaitu Kota Salatiga dan Sleman.
Tak hanya zona merah, wilayah di zona oranye atau risiko sedang juga mengalami penurunan. Jika sebelumnya terdapat 324 wilayah, saat ini hanya ada sebanyak 321 wilayah di zona oranye.
Meski mengalami penurunan, Wiku terus mengingatkan untuk tetap selalu waspada. Sebab, zona oranye atau zona risiko sewaktu-waktu masih bisa berpindah ke zona merah jika masyarakat mulai lengah dan abai terhadap protokol kesehatan.
(rdp/imk/detikcom)