“Ada MoU ya bahwa nanti ekspornya itu kalau solar panelnya diproduksi di Indonesia,” katanya saat ditemui di The Westin Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Jisman menyebut banyak negara tertarik untuk investasi energi bersih di Indonesia. Terbaru ada perusahaan terkemuka dalam industri kaca dan solar panel asal China, Xinyi Group yang berkomitmen untuk membangun pabrik di Kawasan Industri Rempang, Batam.
Terkait apakah nantinya Indonesia akan mengekspor listrik bersih saat industri panel surya sudah dibangun, hal tersebut jadi wewenang Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi.
“Jadi solar panelnya diproduksi di Indonesia. Solar panel itu kan yang memproduksi energi baru terbarukan. Kebijakannya nanti kan kita lihat dari Kemenko Marves kapan saatnya,” jelasnya.
Adapun perkiraan total investasi dari Xinyi Group adalah senilai US$ 11,5 miliar atau Rp 172,5 triliun (kurs Rp 15.000). Ini merupakan pengembangan kedua setelah sebelumnya perusahaan melakukan investasi di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik US$ 700 juta.
Jisman menyebut saat ini baru Xinyi Group yang berkomitmen membangun pabrik panel surya di Indonesia. Menurutnya, Indonesia memang menyimpan bahan baku yang dibutuhkan untuk membangun solar panel.
“Baru Xinyi, tapi ada di beberapa tempat. Kan kita ada raw material cukup seperti kuarsa, pasir silika, ada batu bara untuk menjadikan dia amonia yang bakal menjadi bahan lanjutan untuk menghasilkan solar panel,” bebernya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) buka suara soal Indonesia yang sempat menolak permintaan Singapura untuk ekspor listrik Energi Baru Terbarukan (EBT). Penolakan itu diungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury mengatakan penolakan itu dilakukan karena Indonesia menginginkan kerja sama yang lebih menguntungkan. Pemerintah tidak ingin Indonesia hanya menjadi tempat untuk produksi listriknya saja.
“Pemikirannya dari kita semua adalah jangan sampai Indonesia ini hanya menjadi tempat untuk bisa memproduksi listriknya, kemudian industrialisasinya terjadi di negara-negara lain. Kita ingin sebuah bentuk kerja sama yang tentunya menguntungkan bagi kedua belah negara,” kata Pahala dalam wawancara eksklusif bersama detikcom yang tayang Rabu (2/8/2023).
Setelah ditandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di bidang energi dengan Singapura, Indonesia baru mau mengembangkan pembangkit EBT dan menjualnya ke Singapura. Kerja sama Indonesia dan Singapura terkait EBT akan dibicarakan antara PT PLN (Persero) dengan otoritas di Singapura. Kemudian juga antara beberapa Independent Power Producer (IPP) yang nantinya akan menyediakan listrik kepada PLN.
(ily/kil/detik)