Soal Tambang Nikel Dunia Terancam Tutup Imbas Harga Anjlok, Luhut: Biarin Aja

0
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merespons harga nikel dunia yang anjlok ke US$ 15.000 per ton. Kondisi ini membuat sejumlah tambang nikel dunia terancam tutup.

Mengutip laporan The Business Times, harga nikel di LME turun hampir 50% sejak 3 Januari 2023. Pasar nikel berada dalam kondisi ini setelah banjirnya pasokan baru dari Indonesia, akibat dari investasi dan terobosan teknologi besar-besaran dari China.

“Ya biar aja tambang dunia tutup, asal kita nggak ikut-ikutan,” kata Luhut, ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2024).

Menyangkut Indonesia yang dituding sebagai penyebabnya, menurut Luhut, hal ini tidak dapat dipastikan dalam waktu hanya satu tahun. Butuh waktu identifikasi lebih lama untuk memastikan hal tersebut.

“Saya berkali-kali bilang kalau mau lihat itu harus 10 tahun. Pas lagi sekarang naik, sama saja seperti batu bara,” ujarnya.

Sementara menyangkut permintaan World Bank agar RI menahan produksi nikelnya, Luhut menekankan kalau RI tidak pernah jor-joran dalam memproduksi nikel karena Indonesia kelebihan pasokan.

“Kita nggak pernah jor-joran. Ndak pernah. (Kelebihan pasokan karena jor-joran?) Ndak juga. Ndak betul itu,” tegasnya.

Menurutnya, penyebab turunnya harga nikel global dibandingkan dengan tahun lalu ialah karena mencari equilibrium atau titik keseimbangan harga baru. Ia juga menekankan kembali, hal ini butuh kajian panjang.

“Itu kan at the end cari equilibrium-nya. Dia kan cari anu sendiri. Apa saja komoditi itu kamu lihatnya nggak boleh dari setahun dua tahun harus 5-10 tahun. Harus dilihat kumulatif harganya. Kemudian melihat harga rata-ratanya,” pungkasnya.
(shc/ara/detik)