Seperti dilansir Reuters, Minggu (26/9/2021) Kementerian Luar Negeri, di bawah kepemimpinan Taliban, menyatakan pihaknya telah berusaha untuk membuka kembali Afghanistan dan mendapatkan penerimaan internasional pasca merebut kekuasaan Agustus lalu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Abdul Qahar Balkhi, mengatakan penangguhan penerbangan internasional telah membuat banyak warga Afghanistan luntang-lantung di luar negeri dan juga mencegah orang bepergian untuk bekerja atau belajar.
Lebih lanjut, beberapa maskapai penerbangan termasuk Pakistan International Airlines telah menawarkan layanan terbatas dan beberapa orang bisa mengakses penerbangan. Namun dilaporkan harga tiket pesawat melambung tinggi berkali-kali lipat dari harga normal.
Dibukanya penerbangan pasca chaos beberapa waktu lalu dilakukan atas bantuan pemerintah Qatar dan Turki.
Sejak mengambil alih kekuasaan, Taliban telah bergulat dengan krisis ekonomi yang parah. Negara itu juga menghadapi tekanan pada berbagai masalah mulai dari pendidikan anak perempuan hingga tuduhan pembalasan terhadap mantan pejabat dan lainnya yang terkait dengan pemerintah sebelumnya.