Ternyata, Pertamina Plaju Juga Produksi Gas Pendorong Semprotan Parfum

0

Plaju, rakyatpembaruan.com–
Perawatan kesehatan dan juga kecantikan berbahan cair yang dikemas dengan kemasan kaleng banyak ditemukan di pasaran, seperti _hair spray_, _dry shampoo_, penyegar wajah, parfum dan lain-lain. Produk tersebut digunakan dengan cara disemprotkan, dimana saat digunakan terdengar bunyi desisan seperti gas.

Produk cairan bisa menyebar rata, karena didorong dengan gas yang disebut dengan _hydrocarbon aerosol propellant_ atau HAP, yang merupakan produk turunan dari gas. HAP merupakan salah satu produk yang dihasilkan Kilang Pertamina, salah satunya Refinery Unit III Plaju.

Selain untuk produk perawatan dan kesehatan, HAP juga digunakan dalam kemasan produk pembunuh kuman, serangga, cat semprot dan lain-lain. Pada masa pandemi saat ini, banyak produk pembunuh kuman dan mikroorganisme sebagai antisipasi penularan virus Covid-19.

HAP sebagai varian produk gas domestik, merupakan gas pendorong atau aerosol ramah lingkungan yang mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi pemanasan global. HAP murni dibuat dari bahan alam dan tidak berpotensi dalam penipisan lapisan ozon.

Sebelum ada HAP, produk gas pendorong yang digunakan adalah CFC atau kloroflourkarbon, yang dapat merusak lapisan ozon. Namun pada tahun 2015 CFC tidak diperbolehkan digunakan lagi, setelah dikeluarkannya protokol Montreal.

HAP yang diproduksi Kilang RU III Plaju, tersedia dalam berbagai jenis dengan spesifikasi disesuaikan dengan kelompok industri penggunanya. Seperti HAP-32 untuk industri parfum dan korek api gas, HAP-39 untuk industri hair spray, HAP-42 untuk industri air freshner HAP-52 untuk indsutri insektisida, dan HAP-85 untuk industri cat semprot, yang menggunakan propellant sebagai pendorong produk aerosol.

“HAP merupakan produk gas berasal dari crude yang diolah di Crude distiller Unit (CDUs) kemudian masuk ke Gas Plant Unit. Setelah melewati sejumlah proses, produk gas dari pengolahan kilang menghasilkan LPG, Musicool dan HAP,”kata Region Manager Communication Relations & CSR Sumbagsel Dewi Sri Utami.

Dewi menambahkan rata-rata produksi HAP di kilang Plaju sebesar 10 – 15 ton/bulan, dimana disalurkan ke Depot LPG Pulau Layang, yang berada di bawah Marketing Operation Region II Sumbagsel.

Produk HAP sendiri pada masa pandemi ini termasuk yang mengalami peningkatan permintaan, seiring dengan peningkatan produk sanitasi baik itu hand sanitizer, diisnfektan, dan produk cair lain yang memerlukan propellant aerosol sebagai pendorong.

“Produksi HAP menyesuakan permintaan, apabila permintaan berkurang, maka akan diolah menjadi LPG atau Musicool bahan pendingin AC”.