Thomas Matulessy Nyatakan Sejarah Pattimura Keliru, Minta Jokowi Bertindak

0
Kapitan Pattimura dalam gambaran yang dikenal secara umum. (Situs Kemensos)
Jakarta – Keluarga Matulessy dari Pulau Haruku Provinsi Maluku menyatakan sejarah Kapitan Pattimura yang diakui negara selama ini adalah keliru. Mereka mengklaim sebagai keturunan asli Kapitan Pattimura.

Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPN) menghubungkan detikcom dengan Thomas Matulessy (bernama sama dengan Thomas Matulessy yang hidup di Abad 18-19) yang menyatakan pihaknyalah sebagai keturunan asli pahlawan nasional itu.

“Saya adalah generasi ke-6 dari Thomas Matulessy,” kata Thomas kepada detikcom, Rabu (6/7/2022).

Thomas adalah pria kelahiran Hulaliu, Pulau Haruku, tahun 1957, dan sekarang tinggal di Ambon.

Minta Jokowi revisi SK Pattimura

Dia mengklaim punya bukti-bukti bahwa pihaknyalah pewaris keturunan Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1973 lewat SK 087/TK/1973.

“Kekeliruan pertama, Indonesia hanya menulis secara secara sepihak mengenai Pattimura. SK Presiden yang dikeluarkan tahun 1973 itu tidak menyebut Thomas Matulessy namun hanya disebut Kapitan Pattimura saja,” kata Thomas.

Catatan sejarah menyatakan tokoh yang merebut benteng Duurstede di Saparua pada 1817 adalah Thomas Matulessy dan kawan-kawannya. Maka, SK itu perlu direvisi dengan mencantumkan nama Thomas Matulessy.

“Presiden harus mencantumkan nama Thomas Matulessy dalam lampiran SK Presiden sebagai pahlawan nasional,” kata Thomas.

Pada 12 Mei 2022 bertempat di Gedung Student Center FKIP Unpatti, keluarga besar Matulessy menggelar Musyawarah Besar bertajuk ‘Meluruskan Sejarah Asal-usul Pahlawan Nasional Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura’. Hadir dalam acara itu, Staf Ahli Gubernur dan membacakan sambutan Gubernur Maluku. Revisi SK menjadi rekomendasi nomor satu dari Musyawarah Besar itu. Thomas sendiri berencana menyampaikan surat ke Presiden Jokowi, segera.
Silsilah

Thomas menunjukkan gambar silsilah keluarga Matulessy yang dia sebut sebagai bukti sejarah, berasal dari tahun 1908. Silsilah ini tidak diteliti pada tahun ’70-an dulu sehingga pemerintah salah menentukan ahli waris Kapitan Pattimura. Demikianlah menurut Thomas.

“Kekeliruan kedua, mereka (tim sejarawan pemerintah di masa lalu) tidak bikin penelitian di seluruh negeri (sebutan desa di Maluku) yang punya marga Matulessy, sehingga mereka salah menentukan ahli waris Thomas Matulessy. Ini karena pemerintah tidak punya data silsilah yang asli sehingga mereka membuat catatan bahwa Kapitan Pattimura tidak kawin dan tidak punya keturunan,” kata Thomas.

Dengan demikian, ada dua klaim soal asal-usul Kapitan Pattimura. Pertama, asal-usul dari keluarga di Haria, Pulau Saparua yang lebih dulu diakui pemerintah. Kedua, silsilah dari Desa (Negeri) Hulaliu, Pulau Haruku, Maluku Tengah. Thomas mengklaim silsilah yang benar adalah dari pihaknya, yakni Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy berasal dari Hulaliu Pulau Haruku, bukan dari Saparua.

“Dalam silsilah itu, ayahnya bernama Corneles dalam tuturan orang tua ibunya bernama Petrosina Noya,” kata dia.

Pattimura lahir di Haruku vs Saparua

Selama ini, pemerintah mencatat bahwa Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku pada 8 Juni 1783. Namun demikian, Thomas menyatakan Kapitan Pattimura lahir di Hulaliu, Haruku, Maluku.

“Tidak ada Thomas Matulessy yang lahir di Haria. Thomas Matulessy itu orang dari Hulaliu,” kata Thomas.

Pattimura menikah vs tidak menikah

Sejarawan IO Nanulaita dalam buku ‘Kapitan Pattimura’ terbitan pemerintah tahun 1985 menjelaskan bahwa Pattimura tidak kawin dan tidak punya keturunan hingga dia dihukum gantung Belanda di usia 34 tahun. Thomas Matulessy punya satu saudara kandung, yakni Johannis Thomas. Thomas tidak kawin dan tidak berketurunan, sedangkan Johannis menurunkan keluarga Matulessy yang sekarang berdiam di Haria. Ahli waris yang berasal dari garis keturunan Johannis inilah yang memegang surat pengangkatan Kapitan Pattimura sebagai pahlawan nasional pada tahun ’70-an.

Thomas menyatakan hasil riset Nanulaita keliru. Dia menyatakan sudah bertemu Nanulaita pada seminar di Ambon tahun 1993 dan Nanulaita sudah meminta maaf. Nanulaita menyesalkan kenapa Thomas baru datang belakangan dan tidak dari dulu. Kapitan Pattimura menikah dan punya anak sebelum akhirnya dihukum gantung oleh Belanda tahun 1817.

“Thomas Matulessy kawin dan memiliki tiga orang anak laki-laki. Setelah kawin dan memilki keluarga, dia pergi berperang dan akhirnya ditangkap. Anak-anaknya ada di Hulaliu dan mendapat ancaman,” kata Thomas.

Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) punya istri bernama Maria Taihuttu. Dia punya tiga anak; Huapati yang punya nama baptis Asaf; Risamena yang punya nama baptis Mateus, dan Benjamin. Mereka semua mendapat persekusi dan diskriminasi pemerintah kolonial Belanda dan mengganti marga menjadi Lessiputty dari 1857 sampai 1920.

“Saya dari keturunan Huapati,” kata Thomas.

Thomas sendiri telah menulis buku berjudul ‘Thomas Matulessy Kapitang Pattimura-Anak Negeri Hulaliu’, diterbitkan oleh Yayasn Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, terbit tahun 2021.
(dnu/tor/detik)