Trump yang mantan Presiden AS dan kini menjadi calon presiden (capres) yang diusung Partai Republik ini bersaing ketat dengan rivalnya dari Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris, dalam pilpres mendatang.
“Jika saya menang, sebagai presiden terpilih, saya akan membuat kesepakatan, terjamin. Itu adalah perang yang seharusnya tidak terjadi,” ucap Trump saat berbicara dalam podcast Lex Fridman, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (4/9/2024).
“Saya memiliki rencana yang sangat tepat soal bagaimana menghentikan Ukraina dan Rusia. Dan saya memiliki gagasan tertentu — mungkin bukan rencana, tapi gagasan — untuk China,” sebutnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Tapi saya tidak bisa mengungkapkan rencana-rencana tersebut kepada Anda, karena jika saya mengungkapkan rencana itu kepada Anda, saya tidak akan bisa melaksanakannya, rencana-rencana itu akan sangat tidak berhasil. Anda tahu, itu bagian dari kejutan, bukan?” imbuh Trump.
Pernyataan Trump itu mencerminkan langkah para loyalis Trump dalam Kongres AS awal tahun ini, ketika mereka dilaporkan menolak rencana imigrasi bipartisan karena mereka tidak ingin pemerintahan Biden-Harris mendapat pujian atas salah satu masalah terbesar dalam pemilu 2024.
Kyiv dan Moskow terjebak dalam perang yang dimulai pada awal tahun 2022, ketika pasukan militer Rusia melintasi perbatasan menuju ke wilayah Ukraina. Ribuan tentara dan warga sipil tewas dalam perang tersebut, dengan negara-negara Barat menjatuhkan rentetan sanksi ekonomi terhadap Moskow atas invasi mereka.
Sementara Harris, yang menjadi rival Trump dalam pilpres AS, melontarkan kritikan terhadap pujian publik yang disampaikan mantan Presiden AS itu kepada Putin.
“Saya tidak akan mendekatkan diri dengan para tiran dan diktator,” ucap Harris menyindir Trump saat berpidato dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat bulan lalu. Dia menegaskan dirinya jika menjadi Presiden AS nantinya, akan “berdiri teguh bersama Ukraina”.
(nvc/ita/detik)