
Para pekerja yang berada di provinsi Bushehr ini juga meminta perbaikan untuk akomodasi dan transportasi. Usai aksi tersebut mereka malah terancam kehilangan pekerjaan.
“Di delapan proyek petrokimia di wilayah ini, sejumlah pekerja musiman mogok karena masalah mata pencaharian, dan setelah batas waktu hukum berakhir, 4.000 pekerja akan diganti oleh pekerja baru,” kata Sekhavat Assadi, CEO Pars Special Economic Energy Zone (PSEEZ), dilansir dari Alarabiya News yang mengutip AFP, Sabtu (29/4/2023).
Sebagai informasi, PSEEZ mengekstraksi minyak dan gas dari ladang South Pars di lepas pantai Teluk Persia. Wilayah ini menyimpan cadangan gas terbesar di dunia. Iran dan Qatar menguasai wilayah tersebut.
Tercatat ada 40.000 orang bekerja di South Pars. Oktober lalu, pihak berwenang melakukan penangkapan setelah unjuk rasa serikat pekerja terjadi. Mereka memprotes upah yang tak dibayar di Asalouyeh, pelabuhan di provinsi Bushehr tempat kompleks Pars Selatan bermarkas.

Pada tahun 2022, Iran dihantam gelombang mogok kerja oleh guru dan supir bus yang memprotes upah rendah dan biaya hidup yang tinggi.
Sejak 2018 ekonomi Iran terpukul oleh sanksi Amerika Serikat serta lonjakan inflasi. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan rekor depresiasi mata uang nasionalnya, rial, terhadap dolar.
(hns/detik)