Dugaan ini berawal dari laporan sebuah media Jerman, Frankfurter Rundschau pada Sabtu (23/4/2022) tentang maraknya penyelundupan narkoba lewat Turki. Turki duga menjadi tempat transit. Diduga bahwa salah satu pejabat di kabinet Presiden Recep Tayyib Erdogan ikut terlibat.
Laporan itu menyebutkan bahwa pada 13 April 2022 lalu, petugas penjaga pantai Spanyol menggerebek sebuah kapal nelayan di dekat pulau Canary. Dari hasil penggerebakan itu, petugas berhasil menyita 2,9 ton kokain. Ditaksir harga narkoba jenis ini bisa mencapai 72 juta Euro atau setara dengan Rp 1,2 triliun.
Sementara itu, menurut catatan United Nations Office on Drugs and Crime (UNDC) atau Kantor PBB untuk urusan narkoba dan kejahatan, Turki telah lama menjadi rute perdagangan narkoba utama antara Afghanistan dan negara-negara Eropa barat.
“Penyitaan selama setahun terakhir menunjukkan bahwa pedagang Turki memperoleh bagian yang lebih besar dari pasar kokain Eropa, dengan Turki sebagian besar digunakan sebagai negara transit kokain,” kata Antoine Vella, seorang peneliti UNODC, seperti dilansir dari DW.
“Jumlah besar telah disita dalam kasus individu, baik di Turki dan di negara-negara Amerika Latin dalam perjalanan ke Turki pada 2020 dan 2021,” sambung Vella.
Pada Agustus 2021, sebuah jet pribadi Turki digeledah di Brasil. Pesawat itu seharusnya terbang dari Sao Paulo ke Brussels dan memuat sekitar 1,3 ton kokain. Pesawat itu terdaftar di perusahaan Turki ACM Air. Kasus kemudian menghebohkan Turki karena pesawat itu sebelumnya mengangkut Presiden Erdogan. Jet itu kini telah disita dan digunakan oleh Kepolisian Brasil.
Salim Cevik dari Pusat Studi Turki Terapan (CATS) di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan (Stiftung Wissenschaft und Politik) menilai Turki berada di jalur yang berbahaya.
“Turki menjadi bagian dari perdagangan kokain di seluruh dunia dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu layak mendapat perhatian khusus. Hampir tidak ada bos mafia yang tidak berbagi foto dengan Soylu,” tuturnya.