Ukraina Mulai Pulihkan Jaringan Listrik Usai Dibombardir Rusia

0
Jakarta – Pasca serangan Rusia, sebagian wilayah Ukraina bertahan tanpa listrik dan pemanas. Rusia membombardir jaringan energi milik Ukraina.

Penduduk Kyiv, Ibu Kota Ukraina, diperingatkan untuk siaga menghadapi serangan lebih lanjut. Mereka diminta menyetok cadangan air, makanan, dan pakaian hangat.

Rusia mengakui sengaja menyasar infrastruktur Ukraina. Tujuannya mengurangi kekuatan Ukraina sehingga mereka mau bernegosiasi.

“Bersama-sama kita mengalami perang skala penuh selama sembilan bulan, dan Rusia belum menemukan cara untuk menghancurkan kita, dan tidak akan menemukannya,” kata Presiden Volodymyr Zelenskiy, dikutip dari Reuters, Jumat (25/11/2022).

Zelensky menuduh Rusia tak henti-hentinya menembaki Kherson, kota Ukraina selatan yang ditinggalkannya awal bulan ini. Tujuh orang tewas dan 21 lainnya luka-luka dalam serangan Rusia pada Kamis.

Dilihat dari luar angkasa, daratan Ukraina tampak gelap pada malam hari. Potret ini diambil dari gambar satelit milik NASA.

Zelensky mengatakan, untuk sementara pasokan listrik, pemanas, saluran komunikasi, dan stok air dipulihkan secara bertahap. Tercatat 15 wilayah mengalami masalah dengan pasokan air.

Ukrenergo, yang mengawasi jaringan listrik nasional Ukraina mengatakan, 50% permintaan listrik tidak terpenuhi pada pukul 7 malam. Sementara itu, dari 3 juta orang yang menduduki Kyiv, 60% diantaranya tidak memiliki listrik. Padahal suhu sedang berada di bawah titik beku.

Pihak berwenang telah mendirikan posko, di mana orang dapat mengisi daya ponsel, menghangatkan diri, dan mendapatkan minuman panas.

“Ini adalah hari kedua kami tanpa listrik dan makanan. Lebih dari 60 anak menunggu makanan dan kami tidak dapat menyiapkan apapun kecuali listrik diperbaiki,” kata seorang wanita di sana.

Gempuran Rusia menewaskan 11 orang pada hari Kamis dan menutup semua pembangkit nuklir Ukraina untuk pertama kalinya dalam 40 tahun. Kamis menandai sembilan bulan sejak Moskow meluncurkan apa yang disebutnya “operasi militer khusus” untuk melindungi penutur bahasa Rusia. Ukraina dan Barat mengatakan invasi itu adalah perang agresi yang tidak beralasan.

(hns/hns/detik)