Jakarta – Ketua Advisory Board Universitas Pertamina (UPER) Nicke Widyawati mengatakan transisi energi dan program dekarbonisasi untuk keberlanjutan bumi menghadapi tiga tantangan utama. Tantangan tersebut adalah pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).
Menurut Nicke, untuk menghadapi tantangan tersebut, Indonesia bisa melakukannya dengan mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) dengan Suistainbaility Skills.
“Teknologi bisa bekerja sama dengan pihak lain. Bila ada sumber daya dan pasar, maka pendanaan bisa diperoleh. Namun SDM tidak tergantikan, harus SDM Indonesia yang kita kembangkan. Di sinilah Universitas Pertamina harus berperan,” ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Jumat (10/11/2023).
Hal ini disampaikannya dalam rapat perdana Advisory Board Universitas Pertamina, Rabu(25/11). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Prof Djoko Santoso, Dr Ir Widhyawan Prawiraatmadja, Prof Dr Rer Nat Abdul Haris, Prof Mochamad Ashari, M.Eng, dan Dr Ir Mulyono.
Lebih lanjut, mengutip laporan LinkedIn Global Skills 2023, kata Nicke, kebutuhan global terhadap green skills mencapai 40%, namun hanya 13% angkatan kerja dunia yang memiliki green skills. Kendati pada tahun 2023 terdapat kenaikan jumlah tenaga kerja bidang sustainability sebesar 12 persen, nyatanya belum mampu memenuhi kebutuhan pekerjaan bidang sustainability yang saban tahun meningkat 22,7 persen.
Sejalan dengan itu, Anggota Advisory Board universitas yang juga Dirjen Minyak dan Gas Bumi KESDM, Prof Tutuka Ariadji menyambut baik rencana pembangunan kampus vokasi Universitas Pertamina di IKN. Hal ini dinilainya bisa mengoptimalkan sumber daya manusia di bidang suistainability.
“Pendirian multi-campus di IKN akan mendayagunakan kekuatan jejaring Pertamina Grup. Universitas Pertamina harus mengoptimalkan proses hilir migas menjadi keunggulan komparatif universitas,” ujar Tutuka.
Anggota Advisory Board lainnya, Prof Djoko Santoso mengungkap bahwa pendidikan bidang energi akan tetap relevan ke depan, meski dunia menuju ke arah energi berkelanjutan.
“Perkembangan ekonomi akan berdampak pada penggunaan energi yang lebih besar. Akibatnya emisi per kapita juga meningkat. Universitas Pertamina berperan untuk mendidik SDM yang mampu mendukung transisi energi dan dekarbonisasi. Sehingga kita bersama menuju net zero emission,” kata Djoko.
Sementara itu, Rektor Universitas Pertamina, Wawan Gunawan A. Kadir menegaskan selain menjamin kualitas pendidikan inklusif dan merata, Universitas Pertamina juga terus mengupayakan pendidikan berkualitas dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis pada learning outcome dan sejumlah program yang dapat meningkatkan kapasitas lulusan untuk menjawab isu keberlanjutan.
“Melalui penerapan kurikulum pembangunan berkelanjutan, mahasiswa turut dilibatkan dalam kolaborasi riset bersama industri dan pengabdian masyarakat. Mereka juga disiapkan untuk jadi lulusan yang kompetitif melalui program Lulusan Merah Putih, yaitu program penyiapan mahasiswa memanfaatkan kesempatan berkarir di Pertamina grup melalui pelatihan dan mentoring oleh pelaku industri,” kata Prof Wawan Gunawan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan kompetensi sustainability skills berperan dalam mendukung pencapaian visi NZE Pemerintah Indonesia 2050.
“Sejalan dengan fokus di bidang Sustainability ini, Pertamina melalui Universitas Pertamina mendorong penguasaan praktik keberlanjutan dari para mahasiswa, sehingga dapat berkontribusi dalam mencapai NZE,” tutup Fadjar.
Saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di Universitas Pertamina. Universitas Pertamina membuka jalur masuk melalui beberapa kategori seperti Jalur Tes Tertulis, Jalur Tes Nilai Rapor serta Seleksi Berdasarkan Nilai SNBT. (akd/ega/detik)