Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pemotongan dilakukan mulai dari 30-50%. Pemotongan dilakukan mulai dari level direksi, komisaris, hingga karyawan biasa.
Menurutnya, pemangkasan ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. Irfan menjelaskan, saat ini perusahaan tengah melakukan berbagai efisiensi. Kondisi keuangan Garuda Indonesia masih belum sehat. Utang Garuda Indonesia saat ini mencapai US$ 9,75 miliar atau Rp 138,45 triliun (kurs Rp 14.200).
“Jadi mereka yang Rp 28 juta take home pay-nya, dipotong 50%. Di bawah itu 30%,” kata Irfan.
“Kita punya jumlah pilot lebih dari pesawat yang kita terbangkan, pas dirumahkan kita nggak bayar,” ungkap Irfan.
Dia bilang saat ini perusahaan akan berjuang dengan proposal penyelesaian utang dengan para kreditur dalam PKPU. Dia berharap kreditur menyetujui proposal penyelesaian utang yang ditawarkan oleh pihaknya.
“Kita akan fight (di PKPU). Semua kan nanti voting di PKPU, semua kreditur yang daftar di proses penyampaian proposal setuju apa nggak setuju. Kalau mayoritas setuju kita nggak akan pailit, kalau banyak yang nggak setuju ya kita pailit,” ujar Irfan.
Irfan pun menyatakan tidak ada sama sekali niatan dari pemegang saham termasuk pemerintah untuk mempailitkan Garuda.
Dia menjelaskan masalah investor baru akan ditentukan di tingkat pemegang saham. Menurutnya, manajemen tidak banyak ikut campur dalam keputusan soal investor baru.
“Kalau pun ada yang mau masuk tergantung pemegang saham sekarang mau nerima apa nggak? Itu diskusi di tatanan pemegang saham kami nggak ikut manajemen penentuannya,” ungkap Irfan.
“Utang (Garuda) itu yang tercatat US$ 7 miliar plus utang daripada lessor yang tidak terbayar US$ 2 miliar lagi. Jadi totalnya US$ 9 miliar,” ungkap Kartika dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, pertengahan November lalu.
Sementara itu menurutnya aset Garuda Indonesia saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingnya total kewajibannya itu.
Kondisi Garuda Indonesia semakin memprihatinkan. Sebab Ekuitas atau modal Garuda tercatat minus US$ 2,8 miliar atau setara Rp 39,7 miliar.