Utang Garuda Menggunung, Gaji Direksi dan Komisaris Dipotong 50%

0
Garuda Indonesia (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta – Karyawan Garuda Indonesia mengalami pemotongan gaji. Seluruh level karyawan terkena kebijakan ini, bahkan direksi dan komisaris juga ikut dipotong gajinya.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pemotongan dilakukan mulai dari 30-50%. Pemotongan dilakukan mulai dari level direksi, komisaris, hingga karyawan biasa.

Menurutnya, pemangkasan ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. Irfan menjelaskan, saat ini perusahaan tengah melakukan berbagai efisiensi. Kondisi keuangan Garuda Indonesia masih belum sehat. Utang Garuda Indonesia saat ini mencapai US$ 9,75 miliar atau Rp 138,45 triliun (kurs Rp 14.200).

“Kita lakukan aksi dengan beban biaya karyawan karena kita mau saling jaga. Teman-teman saya informasikan seluruh karyawan Garuda dipotong gajinya,” ungkap Irfan dalam diskusi di Kantor Transmedia, Jakarta Selatan, Kamis (23/12/2021).

Irfan menjelaskan dirinya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia mengalami pemotongan gaji hingga 50%. “Semua, termasuk kami, direksi, saya tanda tangan. Komisaris juga. Kita dipotong 50% gajinya,” ujar Irfan.

Dia memaparkan untuk gaji karyawan di atas Rp 28 juta mengalami pemangkasan 50%. Sementara itu, yang gajinya di bawah Rp 28 juta akan dipangkas 30%.

“Jadi mereka yang Rp 28 juta take home pay-nya, dipotong 50%. Di bawah itu 30%,” kata Irfan.

Dia juga sempat bicara mengenai jumlah pilot yang lebih banyak daripada pesawat yang diterbangkan. Itu pun dia mengatakan pilot yang dirumahkan tidak dibayar.

“Kita punya jumlah pilot lebih dari pesawat yang kita terbangkan, pas dirumahkan kita nggak bayar,” ungkap Irfan.

Kreditur Diharapkan Setuju

Dia bilang saat ini perusahaan akan berjuang dengan proposal penyelesaian utang dengan para kreditur dalam PKPU. Dia berharap kreditur menyetujui proposal penyelesaian utang yang ditawarkan oleh pihaknya.

“Kita akan fight (di PKPU). Semua kan nanti voting di PKPU, semua kreditur yang daftar di proses penyampaian proposal setuju apa nggak setuju. Kalau mayoritas setuju kita nggak akan pailit, kalau banyak yang nggak setuju ya kita pailit,” ujar Irfan.

Irfan pun menyatakan tidak ada sama sekali niatan dari pemegang saham termasuk pemerintah untuk mempailitkan Garuda.

“Tidak ada niatan sama sekali dari pemegang saham untuk mempailitkan perusahaan ini, tidak ada sama sekali,” ungkap Irfan.

Lebih lanjut, Irfan menjelaskan kemungkinan akan ada investor baru yang masuk ke dalam Garuda. Namun semuanya masih dalam pembicaraan, belum ada keputusan yang diambil soal masuknya investor baru.

“Akan selalu ada investor baru yang berminat kalau sudah begini. Tapi semua masih dalam pembicaraan,” ujar Irfan.

Dia menjelaskan masalah investor baru akan ditentukan di tingkat pemegang saham. Menurutnya, manajemen tidak banyak ikut campur dalam keputusan soal investor baru.

“Kalau pun ada yang mau masuk tergantung pemegang saham sekarang mau nerima apa nggak? Itu diskusi di tatanan pemegang saham kami nggak ikut manajemen penentuannya,” ungkap Irfan.

Dalam catatan detikcom, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa keuangan Garuda berada di level yang sangat buruk. Dia menjelaskan utang Garuda Indonesia totalnya mencapai US$ 9,75 miliar.

“Utang (Garuda) itu yang tercatat US$ 7 miliar plus utang daripada lessor yang tidak terbayar US$ 2 miliar lagi. Jadi totalnya US$ 9 miliar,” ungkap Kartika dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, pertengahan November lalu.

Sementara itu menurutnya aset Garuda Indonesia saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingnya total kewajibannya itu.

Kondisi Garuda Indonesia semakin memprihatinkan. Sebab Ekuitas atau modal Garuda tercatat minus US$ 2,8 miliar atau setara Rp 39,7 miliar.

(hal/ara/detik)